Translate

Selasa, 09 September 2014

The Another Story about My Bestfriend



Sept, 8th 2014
08.58 AM
Ifen
Life begins at the end of your comfort zone.

Entah kenapa aku sangat menyukai kutipan di atas. Bagiku kutipan di atas bermakna luas. Tidak hanya tentang keberanian meninggalkan zona nyaman tempat tinggal kita, tapi juga merupakan keberanian untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan diri seperti softskill maupun hardskill.

Sebelum aku bekerja sebagai guru, saya telah bekerja sesuai dengan passion yang dimilki. Zona pekerjaan yang sangat nyaman membuat saya sedikit berat meninggalkannya. Saya bekerja sebagai research dan fasilitator bagi masyarakat di daerah untuk project lingkungan. Hal tersebut sangat menyenangkan karena dari saya memang tertarik untuk belajar dari budaya dan kebiasaan dari suatu kelompok masyarakat terterntu. Tetapi, demi mewujudkan impian saya sebagai guru yang ingin berbagi mimpi dengan anak-anak di daerah terpencil menuntut saya untuk meninggalkan pekerjaan ini.

Ketika berpamitan di kantor, beberapa teman-teman kantor yang telah aku anggap seperti kakak menghadiahi saya dengan buku-buku tulis yang bergambar Menara Eiffel. Mereka sangat paham dengan kegilaanku terhadap Paris. Di salah satu buku hadiah tersebut temanku menuliskan kalimat yang selalu mengingatkanku dengan tujuan-tujuan yang ingin kucapai yaitu, “life begins at the end of your comfort zone. When you feel like quithing,  remember the reasons why you started.” Tetapi, disini aku tidak ingin menceritakan mengenai zona nyamanku. Aku ingin menceritakan sosok sahabatku yang mendampingiku untuk selalu berani keluar dari zona nyamanku.

Namanya Irfan Yulanda, kita sudah sahabatan sejak 8 tahun yang lalu. Setahun lebih tua usia perhabatanku dengan Shenna Miranda. Sebenarnya kita hanya pernah 1 bulan sekelas di Kelas 2 SMA, setelah itu dia pindah sekolah ke kota provinsi. Walaupun 1 bulan persahabatan kita terjalin dengan eratnya dan secara tidak langsung dia memiliki peran yang cukup banyak dalam mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang kumiliki.

Dia itu bagiku adalah ensiklopedia berjalan, teman berdebat serta teman diskusi, teman saling mem-back up jika salah satu mulai jauh melangkah karena tertarik dengan suatu paham keilmuan, juga teman saling men-support untuk meraih impian masing-masing, serta sebagai teman-teman lainnya. Lihat begitu banyak perannya dalam persahabatan kita, dia benar-benar tidak ternilai.

Aku ingat waktu kita sekelas, kita adalah kubu yang berlawanan. Apalagi ketika pelajaran menuntut siswa agar mampu mengeluarkan pendapat, kita mendominasi diskusi maupun perdebatan di kelas. Lucunya ketika diskusi kita seperti mewakilkan kelompok duduk yang berada di sayap kanan dan kiri kelas. Teman-teman dan guru nanti akan menjadi pendengar yang baik, karena perdebatan sering berujung dengan alot. Perdebatan itu tidak hanya berakhir di kelas, jika masing-masing tidak puas akan dilanjutkan ketika istirahat kelas bahkan sampai pulang.

Tidak hanya perdebatan sengit, tetapi dia secara tidak langsung mampu memotivasiku dengan teman-teman agar berani. Salah satu yang palingku ingat kejadian waktu kelas kita dapat giliran upacara bendera. Awalnya teman-teman menunjukku jadi pemimpin upacara. Aku langsung menolak, karena takut dan malu. Akhirnya aku memilih membaca UUD, tiba-tiba dia muncul di sampingku sambil membawa alat drumband dan berkata dengan wajah meremehkan, “masak kamu kalah dengan Putri.” Setelah itu dia pergi ke barisannya, walaupun sebelumnya setelah mengatakan kata-kata itu dia memukulkan alat drumband ke telingaku. Benar-benar menjengkelkan ekspresinya, ditambah membandingkan dengan temanku yang sejak SD selalu menganggapku rivalnya.

Dulu waktu ego yang banyak bertindak, ketika dia melakukan hal tersebut aku tidak terima. Aku langsung mendebatnya, hanya karena dia berdiri di pasukan drumband. Ternyata perdebatannya berlanjutnya hingga rencana pendidikan di masa depan. Dia bilang waktu itu, “aku tidak akan kuliah di Pulau Sumatera. Aku akan kuliah di UI atau ITB.” Waktu dia bilang seperti itu, aku mencibirnya karena tidak mungkin dia berhasil masuk perguruan top di Indonesia karena waktu itu dia termasuk murid yang tidak terlalu menonjol kepintarannya kecuali dalam hal mendebat “maaf ya Ifen”.

Ternyata waktu itu aku sama sekali belum mengenalnya. Sebulan setelah itu dia ke sekolah dan bersalaman dengan kita, bahwa dia akan pindah sekolah ke kota provinsi. Wah, aku langsung sedih dan menangis seharian karena dia pindah sekolah. Aku menangis karena khawatir tidak ada lagi teman berdebat, diskusi, serta teman saling menjatuhkan. Kekhawatiranku terbukti di kelas tidak lagi seimbang karena tidak ada lagi pendebat yang ulung.

Di luar kelas, kekhawatiranku tidak cukup terbukti, kita masih cukup sering berdiskusi dan berdebat via telpon. Tidak hanya di jaman SMA persahabatan kita terjalin berkat diskusi maupun perdebatan sampai sekarang. Bedanya kalau dulu kita diskusi dan berdebat karena mempertahankan ego, sekarang kita berdiskusi dan berdebat sudah berdasarkan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Kita sama-sama haus dengan ilmu pengetahuan, sehingga agar bisa mengimbangi pembicaraan kita semakin rajin membaca. Tetapi, entah kenapa sampai sekarang dia jauh lebih berpengatahuan dibandingkanku. Ketika aku tidak mengetahui suatu hal dia akan menjabarkan panjang lebar. Makanya aku menjulukinya ensiklopedia berjalan.

Persahabatan yang kita jalani juga cukup menarik. Bisa dibilang kita jarang berkomunikasi dan sangat jarang bertemu. Kita bertemu mungkin bisa dibilang tidak sampai hitungan 2 jari. Saya bertemu dengannya secara intens ketika Pelatihan Pengajar Muda di Purwakarta, setiap hari Minggu diberi waktu libur saya main ke Bandung dengan dia. Tetapi, ketika bertemu aku seperti kuliah 9 SKS. Kenapa? Karena kita berbicara mengenai apapun terkait dengan ilmu pengetahuan yang menarik, serta impian-impian yang ingin diraih. Kita hanya duduk berjam-jam di warung kopi hanya untuk mengobrol dan obrolan itu benar-benar berisi. Atau kita pergi ke Toko Buku, ambil salah satu ensiklopedia dan mencari tempat duduk, nanti dia akan menjabarkan dengan baik isi ensiklopedia yang diketahuinya. Begitu juga di mobil, dia dengan semangat melarangku bercerita tentang pelatihan, karena hari itu menurut dia adalah hari istirahatku dari pelatihan yang sangat padat. Benar-benar sangat memahami yang kuinginkan.

Begitu juga jika berkomunikasi via telpon atau akun sosial, kita bisa tidur sampai larut malam hanya untuk berdiskusi. Apalagi jika salah satu sedang menunjukkan gelagat aneh terhadap suatu paham tertentu. Maka, saat itulah komunikasi dilakukan secara instens, tujuannya agar jangan terlalu jauh tertarik dengan paham suatu ilmu. Berkat saling menjaga tersebut, kita bisa tetap di jalur yang benar. Dia juga melarangku untuk mengkonsumsi buku-buku yang berat, karena menurutnya cukup dia yang sempat menjadi free thinker. Baginya lebih baik aku fokus terhadap tujuan berbagi mimpi dengan anak-anak dibandingkan mendalami paham-paham suatu keilmuan seperti isu-isu gender.

Well sedikit cerita dia sempat berpikir aku adalah seorang penganut feminime, karena ketertarikanku terhadap isu-isu feminime dan gender. Aku mencari banyak informasi tentang isu feminime dan gender dalam Ilmu Barat, Ilmu Islam, serta menurut pandangan Budaya Indonesia. Tujuan saya hanya untuk menganalisa isu gender seperti apakah yang sesuai dengan Budaya Indonesia dalam kegiatan Masyarakat Indonesia. Apakah isu gender cocok untuk Masyarakat Indonesia. Melihat hal itu dia datang mengantisipasinya dengan intens mengajakku diskusi mengenai feminime dan gender. Kemudian dia mengirimkan link-link mengenai feminime di Barat dan isu-isu feminime dalam Teori Konspirasi. Benar-benar topik itu sampai sekarang sering kita bicarakan, apalagi kalau dia mulai menyindirku dengan isu tersebut. Begitu juga sebaliknya yang kulakukan ketika dia mulai terjebak dengan pemikirannya seorang free thinker.

Cara dia memotivasi juga cukup unik. Dia mengapresiasi kepedulianku terhadap anak-anak. Dia juga mengetahui impianku yang ingin ke Paris dan melanjutkan S2. Agar impianku selalu hidup, dia selalu menceritakan tentang hal-hal yang akan dan telah dilakukannya untuk mencapai impiannya. Dia juga tidak segan-segan menyuruhku untuk berhenti berbicara menggunakan Bahasa Indonesia dan mendominasi percakapan dengan Bahasa Inggris, agar aku mau belajar Bahasa Inggris.

Dia juga orang yang berani meninggalkan zona nyamannya agar bisa mewujudkan impiannya. Dia mampu melukis masa depannya dengan baik berdasarkan impiannya. Salah satu impiannya yang terbukti adalah kuliah di ITB. Demi kuliah di ITB dia meninggalkan zona nyamannya. Belajar dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan kuliahnya di ITB dan tidak pernah lelah mengingatkan sahabatnya ini. Aku selalu diberinya kabar jika dia berhasil meraih impiannya. Begitu juga yang kulakukan dia termasuk orang yang berada di list awal pemberitahuanku setelah orang tuaku dan sahabatku Mia. Selain itu, kita juga tidak segan-segan utuk bercerita mengenai hal-hal pribadi dalam hidup masing-masing.

Sebenarnya yang ingin kutunjjukan dalam cerita ini adalah dia salah satu orang yang membuatku berani keluar dari zona nyamanku. Melihat kemampuannya semakin berkembang di luar zona nyamannya, aku termotivasi mengikuti jejaknya.

Well, I do miss our talked Smartifen. Terima kasih untuk semuanya. Mudah-mudahan kita semakin berkembang karena telah berani meninggalkan zona nyaman masing-masing. Semangat pelatihannya Ifen. Hampir setahun ini kita berada di provinsi yang sama, tempat tinggal kita sekarang jaraknya ibarat Sijunjung – Padang. 

Dia juga orang yang berani menyuruhku untuk tampil lebih feminim, karena dilihatnya aku selalu berpenampilan tomboy.

Dalam 2 tulisanku terakhir aku menceritakan 2 sahabatku yang benar-benar melengkapi hidupku. I do miss them both.

                                                                                                            RN

The Letter for My Bestfriend


Sept, 5th 2014
09.02 A.M
With Meong
Dear World,

Sekarang aku ingin menceritakan seseorang yang paling normal di lingkaran terdekatku. Dia seseorang perempuan yang hidup di jalur yang benar. Seseorang yang mengerti perkembangan fashion. Seseorang yang mengerti tujuan hidupnya di masa depan. Sehingga ketika menyelesaikan kuliahnya dia bekerja yang bisa mendekatkannya ke tujuan masa depannya. Seseorang yang tidak menganut paham “isme” tertentu. Seseorang yang mampu membuatku melihat bahwa diriku tidak selamanya terjebak di tengah-tengah orang terdekatku yang ambisius mengejar masa depannya.

Siapakah perempuan itu?

Perempuan itu adalah sahabatku sejak 9 tahun yang lalu. Ya kita mulai menjalin pertemanan sejak kelas 1 SMA di tahun 2005. Tetapi, waktu itu kita belum dekat karena bagi saya dia itu dulu aneh “aneh dengan gayanya yang sedikit centil” dan mungkin bagi dia saya juga orang yang aneh. Dulu di awal kita berteman sebatas teman sekelas. Kemudian kita mulai “sedikit” dekat karena kita sempat tinggal di satu komplek perumahan dan sering berangkat sekolah bersama serta semakin dekat ketika kita membahas buku-buku bacaan. Sejak itu aku kira persabahatan kita dimulai.

Kenapa aku bilang dia adalah orang yang paling normal dan tidak menganut paham “isme” tertentu di lingkaran terdekatku? Aku mempunyai beberapa orang terdekat. Sejauh aku mengenal mereka yang aku pelajari mereka orang-orang yang memiliki tujuan sangat jelas tentang karir masa depannya. Untuk mencapai tujuannya mereka benar-benar memperjuangkannya. Mereka adalah orang yang memiliki ambisi tinggi untuk mengejarnya. Mereka membaca lebih banyak dari siapapun. Mereka yang mengenalkanku dengan free thinker serta aliran kiri yang lebih mengarah ke komunisme. Mereka membiarkanku untuk mengejar semua ambisiku dan menyodorkan buku-buku bacaan yang berkualitas, tetapi mereka juga yang mengontrolku. Mereka adalah orang-orang yang mampu membuatku berdiskusi mengenai apapun selama berjam-jam lamanya ditemani dengan kopi.

Berbeda halnya ketika aku menghabiskan waktu dengan sahabatku ini. Aku merasa seperti perempuan lainnya yang membicarakan hal-hal sederhana seperti bergosip. Kita sering menghabiskan waktu duduk-duduk di balkon kosan, sambil bercerita tentang keinginan berkunjung ke Paris. Kita sering tertawa lepas mengingat kekonyolan-kekonyolan yang telah dilakukan waktu SMA. Sering juga saya menjebak dia untuk berjalan kaki sampai kehabisan tenaga. Ketika itu terjadi dia hanya marah-marah dan menggerutu sepanjang jalan.

Hal-hal sederhana serta kekonyolan-kekonyolan yang telah dilakukan membuat kita saling mengenal dengan baik. Kita mengetahui ekspresi masing-masing ketika marah, gembira, sedih, malu, lapar dan ekspresi-ekspresi tersimpan lainnya. Bukankah menyenangkan ada seseorang yang benar-benar mengenal kita. Kita bebas saling curhat mengenai berbagai hal.

Hal paling menyenangkan yang bebas kita lakukan adalah wisata kuliner. Setiap sudut di kota itu, telah kita jelajahi untuk menikmati kuliner khas daerah tersebut. Kita sering melakukan hal konyol ketika menikmati makanan tersebut. Jika makanan itu enak, kita tidak segan-segan minta tambah atau mencicipi makanan lainnya. Ada satu kejadian lucu di malam minggu yang kesekian kita pergi ke sebuah tempat makan. Awalnya kita telah memesan masing-masing 1 porsi ice cream, 1 gelas ice lemon tea, 1 porsi spaghetti. Kita melahapnya dengan nikmat sekali semua makanan tersebut. Ternyata perut berkata lain, makanan yang telah kita pesan tidak mampu memenuhi kebutuhan perut kita. Ya sudah kita memesan lagi ke pemilik tempat makanan tersebut dan pemiliknya itu hanya geleng-geleng kepala dengan terkejutnya. Kemungkinan besar dia geleng-geleng kepala adalah takjub dengan porsi makan kita yang banyak atau kita memesan lagi tanpa peduli dengan keramaian orang lain. Begitu juga ketika melakukan wisata kuliner di tempat lain, kita tidak pernah segan untuk memesan lebih jika memang makanan itu enak dan sesuai dengan kebutuhan perut.

Entah ini sebuah kutukan atau kemalangan bagiku dan sahabatku, selama kuliah dan tinggal bersama kita tidak memiliki pasangan. Sehingga, sudah bisa dipastikan setiap malam minggu kita selalu bersama sekedar untuk duduk di balkon rumah atau mengunjungi tempat-tempat nongkrong di kota itu. Kita sebagai pengamat dan penikmat pasangan-pasangan yang sedang bermesraan. Setelah mengamati dan melihat hal-hal ganjil yang terjadi pada pasangan-pasangan itu kita hanya akan tertawa konyol dan geli. Indahkan malam minggu yang kita habiskan.

Sampai kita saling mengutuk satu sama lain. Kutukan-kutukan itu benar-benar menyenangkan karena itu menunjukkan kekonyolan-kenyolan yang telah kita lakukan. Selain itu, kita juga sering mengerjai teman-temanku yang sering bermain ke tempat tinggal kita, akhirnya teman-temanku menjadi teman-teman sahabatku.

Banyak sekali hal-hal senang, konyol, terlantar, dan hal lain yang telah kita lakukan. Cerita yang kutuliskan ini menjadi pengantar dan pengingat pesan yang ingin kusampaikan ke dia di hari ulang tahunnya ini.

Selamat Ulang Tahun yang ke-24 sahabatku Shenna Miranda.

Aku ingat terakhir kita bertemu adalah Bulan Oktober 2013. Kita telah sama-sama menyelesaikan study. Kehidupan kita benar-benar berubah dibandingkan waktu kuliah dulu. Sekarang pembicaraan kita tidak hanya untuk hal-hal yang konyol lagi, sekarang kita sering membicarakan hal-hal yang serius seperti pernikahan dan karir masa depan. Kita juga mengalami dinamika dalam persahabatan akhir-akhir ini. Berbeda pandangan serta jarak sering membuat kita salah paham memahami maksud pembicaraan yang telah dilakukan.

Hal tersebut tidak masalah, kita tetap seperti dahulu. Memarahi jika salah satu berbuat salah, menasehati jika salah satu sibuk memikirkan pencapaian dirinya sendiri, serta saling memotivasi ketika ingin meraih impian yang belum tercapai. Kamu tetap menjadi tong sampahku yang paling berharga. 

Aku ingat ketika akhir-akhir ini kamu begitu menggebu-gebu membicarakan mengenai masa depanmu dengan pasanganmu. Kamu juga selalu menasehatiku untuk mulai serius memikirkan masa depan yang dirindukan oleh orangtuaku. Kamu juga memberikan pandangan-pandangan sederhana mengenai pencapaian karir, serta pernikahan. Well, kamu sangat memahamiku sejak dulu mengenai keambisiusanku mengenai karir dibandingkan memikirkan pernikahan. Tetapi, kamu berhasil mengontrolku untuk memikirkan pernikahan dengan menceritakan rencana-rencana yang telah kamu lakukan untuk menghadapi pernikahan. 

Aku tidak menyangka ternyata kita mendewasa secara cepat. Ingat 1,5 tahun yang lalu kita masih konyol-konyol menghadapi kehidupan tanpa memikirkan hal-hal berat. Tetapi, sekarang kita telah benar-benar serius menghadapi kehidupan di masa dewasa. Selamat datang kehidupan masa dewasa kita, tetapi jangan pernah kita melupakan masa-masa konyol.

Sekali lagi selamat ulang tahun sahabatku.

Semoga impian besarmu tahun 2016 bisa direalisasikan “tidak peduli siapapun yang lebih dahulu merealisasikan hal tersebut, yang penting kita saling mendo’akan yang terbaik” 

Ingat selalu keinginan kita untuk merealisasikan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tetap selalu menjadi sahabat terbaikku Shenna Miranda.

Sampai jumpa di Januari 2015.

Thanks world :D

                                                                                                            RN

Gajah dan Burung Hantu di Binar Mata Anak-Anak



May, 7th 2014
10.30 AM
With My Students
Apakah kita harus jadi juru dongeng agar bisa menarik perhatian anak-anak? Apakah kita harus punya banyak koleksi dongeng ketika bercerita dengan anak-anak? Tidak selalu harus memiliki kemampuan seperti itu, untuk menjadi seseorang yang menarik di depan anak-anak kita cukup menjadi diri sendiri dan menyatu dengan dunia mereka.

Anak-anak sangat senang mendengar sebuah cerita. Aku bukanlah orang yang memiliki kemampuan baik untuk bercerita secara lisan, tetapi di depan mereka aku berusaha mengikuti keinginan mereka untuk menjadi juru dongengnya. Cerita-cerita yang kusampaikan kepada mereka adalah cerita-cerita sederhana yang pernah kudengar tentang kehidupan.

Aku ingat tanggal 19 April 2014 aku bercerita tentang Gajah dan Burung Hantu. Aku menceritakan gajah dan burung hantu adalah hewan yang tidak pernah lupa jalan pulangnya. Mereka walaupun pergi berkelana meninggalkan tanah kelahirannya, suatu saat mereka kembali lagi ke rumah.

Selain itu gajah merupakan hewan yang pintar dan sensitif mengenali lingkungan sekitarnya. Saya menceritakan ke anak-anak ada sebuah kisah menarik seekor gajah masuk ke kota, orang-orang terkejut melihat gajah itu. Gajah itu tidak mengganggu orang-orang tersebut, dia hanya menuju satu tempat. Tempat tersebut setelah ditelusuri ternyata adalah tempat kelahiran gajah. Gajah selalu pulang ke rumahnya setelah dewasa, hanya untuk melihat tempat kelahirannya. Setelah itu, dia kembali berkelana menuju habitatnya dan menelusuri setiap jengkal habitat tersebut. Gajah juga hewan yang pintar mengenal lingkungannya, serta mampu mengenal orang yang memiliki hati yang bersih maupun kotor.

Begitu juga dengan burung hantu dia selalu pulang ke rumah setelah selesai melaksanakan sebuah urusan. Saya mengetahui cerita burung hantu, ketika dulu bekerja di salah satu NGO Lingkungan. Saya mendampingi masyarakat pedesaan mengelola perkebunan kelapa sawit yang memperhatikan aspek lingkungan, bekerja sama dengan sebuah perusahaan kelapa sawit. Ketika meninjau lokasi perkebunan kelapa sawit, saya tertarik melihat di tengah-tengah kebun melihat ada sangkar burung. Saya bertanya kepada asisten kebunnya, karena pemandangan itu terlihat mencolok di mata saya.
Saya : Sangkar burung apakah yang ada di tengah kebun itu dan apa fungsinya?

Asisten kebun : Itu adalah sangkar burung hantu yang berfungsi sebagai musuh alami hama-hama serta pengganggu tanaman kelapa sawit lainnya.

Saya : Kenapa burung hantu yang dijadikan sebagai musuh alami?

Asisten kebun : Alasannya sederhana saja, burung hantu walaupun terbang jauh dia tetap akan kembali ke sangkarnya. Sehingga memudahkan untuk memelihara mereka.

Lihat alasan yang digunakan oleh asisten kebun tersebut. Burung Hantu yang merupakan seekor binatang mampu mengetahui jalan pulang. Dia selalu ingat untuk kembali ke rumah.
Saya melanjutkan bercerita kepada anak-anak.

Di Negara Inggris Burung Hantu merupakan lambang kebijaksanaan. Sehingga, beberapa sekolah di Inggris menggunakan Burung Hantu sebagai lambang sekolah mereka. Lihat mata burung hantu, sorot matanya menyiratkan keteduhan dan perlindungan bagi makhluk-makhluk sekitarnya. Ibaratnya sorot mata burung hantu adalah sorot mata orang tua kita yang memberikan kenyamanan serta perlindungan terhadap anak-anaknya.


Tiba-tiba salah satu anak mengangkat tangan dengan antusiasnya, “Ibu berarti gajah dan burung hantu hewan yang sangat hebat. Saya ingin seperti gajah dan burung hantu.”
Lihat ternyata dengan membacakan cerita tentang kehidupan makhluk-makhluk disekitarnya memberikan antusias kepada anak-anak. Akhirnya saya menjawab pertanyaan anak tersebut sambil melempar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan karakter mereka, “wah pintar! Jika ingin pintar dan bijaksana seperti gajah dan burung hantu kalian harus melakukan apa?

Anak-anak berebutan memberikan jawaban-jawaban yang lugu.

“Saya tidak boleh berkelahi ibu.”

“Saya harus rajin membaca buku.”

“Saya tidak boleh melawan kepada orang tua dan guru.”

“Saya harus menyayangi teman-teman.”

“Di kelas saya harus rajin belajar dan mengajarkan tugas.”

“Melindungi binatang peliharaan saya.”

Itu adalah beberapa jawaban yang keluar dari mulut anak-anak yang polos ini. Mereka benar-benar mendengarkan cerita yang telah diceritakan dengan baik. Bagi mereka tidak ada paksaan untuk mencerna setiap cerita yang diceritakan, tetapi mereka ternyata mampu mencerna setiap inti yang ingin disampaikan.

Setelah menceritakan tentang gajah dan burung hantu giliran anak-anak yang berebutan menceritakan tentang binatang peliharaannya. Anak-anak ini mempunyai beberapa binatang peliharaan seperti kucing serta burung. Mereka memberikan nama yang lucu untuk binatang-binatang tersebut yaitu Buyung, Icis, Otong, Regis, dan Breja. 

What a lovely them with their story, their eyes, and their smile when we told story together.

                                                                                                            RN