March, 6th 2014
06.24
AM
Salah satu murid sedang melukiskan karyanya di depan teman-temannya |
Ini bukanlah sebuah
cerita mengenai belajar kreatif yang saya terapkan di kelas, tetapi ini adalah
sebuah cerita tentang mengasah keberanian murid.
Saya adalah guru bantu
di SDN 032 Tanah Grogot. Di sekolah ini saya mengajar matematika kelas 1, 2, 3,
dan 5 serta Bahasa Indonesia untuk kelas 6. Selain mengajar di kelas, saya juga
memberikan les untuk semua murid yang ada di sekolah tersebut.
Saya bertekad selama
mengajar di sekolah ini ada beberapa perubahan pada murid-murid saya. Perubahan
besar yang ingin saya lihat di murid-murid adalah memupuk rasa berani untuk
berbicara di depan kelas. Salah satu cara yang telah saya terapkan di kelas 5
yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak tersebut maju ke depan sebelum
pelajaran dimulai selama 10 menit. Di depan kelas mereka diharapkan mampu
menampilkan hal-hal yang disukainya sepertinya berbicara, bernyanyi, berpantun,
story telling, menggambar, dan lain
sebagainya.
Anak-anak yang tampil
ditentukan oleh nomor lot yang telah kami buat di kelas bersama-sama. Sehingga,
semua anak mendapatkan peluang yang sama ketika diambil lot-lot tersebut.
Mereka tidak bisa menolak, ketika namanya mendapat urutan yang pertama. Sebelum
kita membahas tentang memupuk keberanian ini lebih lanjut, ada hal menarik yang
bisa dipelajari dengan peluang mengambil lot nama anak-anak dengan penentuan
tampil secara hompipa yaitu berupa
kepasrahan.
Anak-anak harus siap
dan pasrah jika setiap lot diambil atau hompipa
dimulai karena peluang mereka untuk mendapat kesempatan adalah sama. Ekspektasi
mereka juga sama yaitu sama-sama nol. Cara ini sangat menarik untuk dilakukan
karena wajah-wajah cemas anak-anak ketika menarik lot atau bermain hompipa adalah wajah-wajah yang penuh
dengan kepasrahan. Ketika namanya tercabut, ekpresi wajahnya langsung
berkomentar “aihss dapat urutan pertama” dan sebagian besar lainnya akan
mengatakan “yes”.
Setelah semua lot
tercabut, terlihat urutan anak-anak tampil di depan kelas. Awalnya anak-anak di
kelas 5 protes tidak mau melakukan kegiatan tersebut. Gurunya akhirnya
melakukan pendekatan melalui cerita orang-orang yang sukses karena
keberaniannya. Awalnya anak-anak yang mendapat giliran pertama masih malu-malu
untuk berbicara di depan kelas, tetapi setelah diberikan penghargaan oleh
teman-temannya berupa semangat akhirnya anak-anak tersebut mulai berani untuk
tampil di depan kelas.
Beberapa perubahan yang
telah terjadi kelas 5 tersebut yaitu mereka yang biasanya tidak berani
berbicara di depan kelas, sekarang menjadi lebih berani. Seperti contoh murid
saya yang bernama Riska sebelumnya tidak pernah maju ke depan kelas, sekarang
dia berani menggambar hasil karyanya di papan tulis dengan percaya diri. Selain
Riska ada Ayu yang tampil gemilang dengan story telling-nya, Marini yang jago
bernyanyi, Jumadi yang pintar merangkai pantun, Nur yang mempunyai tingkat
percaya diri melebihi teman-temannya, serta Dakmal yang mampu memberikan
semangat ke teman-temannya ketika tampil di depan kelas. Itu baru sebagian kecil
perubahan yang telah dilakukan oleh murid-murid saya.
Hal yang ingin saya
pelajari disini yaitu ternyata keberanian itu bisa diwujudkan jika anak-anak
diberikan ruang ekspresi dan kepercayaan. Saat mereka diberikan waktu untuk
berekspresi, mungkin mereka tidak akan berani melakukan jika teman-temannya
tidak percaya anak tersebut mampu melakukankannya. Tetapi ketika teman-temannya
menatap dengan penuh kepercayaan ketika anak tersebut tampil di kelas saat
itulah anak tersebut memanfaatkan waktu untuk berekspresi. Disni terlihat bahwa
hukum aksi dan reaksi yang telah diciptakan oleh Tuhan bekerja sama dengan
anak-anak di kelas tersebut.
RN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar