Translate

Rabu, 07 Mei 2014

Karya Fahmi



May, 6th 2014
09.21 PM

 
Ini adalah potret Fahmi yang mengingatkan saya dengan Lintang di Laskar Pelangi
Saya mulai mengamati Fahmi ketika di kelas kita lagi bermain cita-cita. Waktu itu saya mengajak anak-anak menceritakan tentang cita-citanya. Ketika giliran Fahmi dia bercerita ingin menjadi pemain sepakbola. Di tengah-tengah cerita dia menangis dan tidak bisa melanjutkan ceritanya. Saya bingung dengan hal yang terjadi waktu itu.

Setelah tenang saya bertanya, “kenapa kamu menangis?”

Akhirnya Fahmi bercerita bahwa dia sangat ingin bermain bola. Ikut pertandingan bermain bola, tetapi sekolah tidak pernah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengasah kemampuan. Saya hanya ingin diberi kesempatan untuk bertanding secara sungguh-sungguh dengan teman-teman dari sekolah lain. Sayang sekali saya belum bisa mewujudkan keinginan Fahmi dan teman-temannya terkait izin dari sekolah.

Setelah itu Fahmi bercerita, jika menjadi pemain bola dia ingin bergabung dengan Timnas Indonesia. Dia ingin membawa Indonesia sampai piala dunia. Dia mencintai sepakbola seperti ruhnya dan Timnas adalah kebanggaannya sebagai orang Indonesia. Dia tidak terpengaruh dengan klub-klub sepakbola luar negri yang terkenal. Dia juga tidak menjadikan pemain luar negri sebagai pemain bola favoritnya. Bagi Fahmi pemain bola favoritnya adalah Evan Dimaz. Suatu saat dia ingin bertemu dan bermain dengan Ivan Dimas di laga pertandingan bola.
 
Lihat seorang anak SD di desa memiliki keyakinan yang luar biasa untuk meraihnya mimpinya. Dia juga mencintai negara Indonesia dibalik semua kesusahan akses yang diterimanya. Kecintaannya terhadap Indonesia tidak hanya dilihat dari kecintaannya terhadap Timnas, tapi juga lewat tulisan-tulisannya yang biasa saya lihat. Fahmi selalu menuliskan tentang Ibu Pertiwi dari mata seorang anak kecil. Fahmi selalu menggebu-gebu ketika diajak bercerita tentang Indonesia. Sorot matanya memperlihatkan bahwa dia akan selalu mencintai Tanah Air Indonesia ini.

Belajar Bersepeda

Pada hari libur, bapak saya membelikan sepeda. Namun saya belum bisa naik sepeda. Waktu itu saya berumur 5 tahun. Saya berkata kepada bapak, “Pak, saya belum bisa naik sepeda.” Bapak saya berkata, “belajar! Bapak akan mengajarkan naik sepeda.” Saya berkata, “iya pak, tapi saya takut jatuh.” Bapak saya berkata, “jatuh itu soal biasa kamu pasti bisa, bersemangatlah, dan mulailah percaya diri. Jangan takut jatuh.”

Saya pun mulai dari roda dua, bapak saya memegang di sisi. Saya mengayuh perlahan-lahan, bapak melepaskan tangannya. Saya jalan-jalan dan saya hampir jatuh, untung bapak saya memegang sepeda saya. Jantung saya deg-degan, saya takut sekali jatuh, untung ada bapak yang memegang saya. Saya pun mulai bisa jalan kiri-kanan. Saya jalan ke warung, kemana-mana menggunakan sepeda seperi burung.

Janganlah takut mencoba. Mencoba adalah hal yang baik, tapi kita harus semangat dan mulailah percaya diri.


Indonesiaku

Ibu Pertiwi pernah mengeluh kepada saya bahwa banyak pejabat korupsi, oknum polisi memalukan, pimpinan peniru, DPR hanya ber-hahahihi, narkoba merajalela. Oh Indonesiaku.
 
Maafkan mereka Tuhanku, ampuni dosa-dosa mereka. Bukakanlah mata dan hati mereka. Beri ketabahan pada rakyat jelata. Hidup ini hanya sementara.

Adil dan sejahtera itu yang mereka dambakan, tetapi apa daya buat makan, bayar pajak, uang sekolah, bayar listrik, PDAM, telpon, sampai iuran Rt terasa berat.

Bagaimana masa depanmu? Oh sebagai Putra Bangsa, ingin rasanya aku menangis memikirkan nasibmu Pertiwiku. Tetapi kau bahkan menghiburku, “sudahlah anakku, jangan bersedih. Hidup harus diperjuangkan pilihlah wakil-wakil yang bertanggung jawab dalam Pemilu.”


Buku

Bila malam tiba,
Ku buka dan ku baca.
Ku pahami dan ku dalami,
Semua rahasia buku ini.
Kau menyimpan misteri,
Di kehidupan ini,
Kau tidak pernah marah,
Bila aku tak pernah menyentuhmu.
Darimu aku tahu,
Apa artinya ilmu,
Yang berguna untuk kami,
Tuk bekal di kemudian hari.


Pengabdian
Membangun Paser tiada henti,
Padamu Paser aku berbakti,
Berjuang mengabdi sebersih hati,
Sampai titik akhir hayatku nanti.
Aku bangga Tana Paser,
Aku bangga Kabupaten Paser,
Aku cinta Rakyat Paser.

                                                                                                By : Fahmi

1 komentar:

  1. Aset bngsa mah nyongg, karya ny tdk terlihat sprti anak seumuran dy.. sungguh syg sekali jk tdk mndpt p'htian pmrntah.. bibit2 sprti inilah yg kelak mnjdi tonggak p'ubhan NKRI.. titip slm smngt y..

    BalasHapus