Translate

Rabu, 10 April 2013

Sistem Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kehidupan Masyarakat Desa Trimulya Jaya, Desa Bukit Jaya, dan Desa Air Emas



Berdasarkan hasil observasi saat penelitian, masyarakat Jawa transmigrasi di 3 desa yang dijadikan sebagai tempat penelitian masih menganut adat Jawa yang kental. Kehidupan sehari-hari masyarakatnya dilaksanakan berdasarkan adat dan kebiasaan yang mempengaruhinya. Salah satu adat yang selalu mereka jaga adalah mengenai sebuah acara perayaan. Acara perayaan tersebut mempengaruhi kehidupan mereka dalam melakukan koordinasi dengan penduduk setempat dan tamu.
            Acara perayaan dilakukan oleh masyarakat Jawa secara besar-besaran. Walaupun acara tersebut hanya wirid yasin yang dilakukan satu minggu sekali. Acara wirid yasin merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari agama Islam dan masyarakat Jawa di daerah ini. Penduduknya melakukan wirid yasin sekali seminggu, baik wirid yasin yang dilakukan oleh kaum bapak-bapak maupun yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu. Yasinan yang mereka lakukan tidak hanya mengaji, tetapi juga sebagai tempat berkumpul untuk membahas permasalahan yang terjadi di anggota kelompok. Hal menarik yang bisa dilihat dari acara yasinan ini, yaitu cara masyarakat Jawa memuliakan tamu.
            Masyarakat Jawa terkenal ramah tamah dan sangat memuliakan tamu. Hal ini dapat dilihat dari acara yasinan. Tuan rumah menyediakan makanan serta aneka  jajanan bagi anggota yasinan. Makanan dan aneka jajanan ini tidak hanya dibagikan untuk anggota yasinan, tetapi juga tetangga. Ternyata kebiasaan ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya dalam memuliakan tamu dan melakukan pertemuan formal di pemerintahan maupun pertemuan informal kelompok tani.
            Masyarakat Jawa di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani kelapa sawit plasma maupun swadaya. Mereka tergabung dalam kelompok-kelompok tani kelapa sawit swadaya, dan kelompok tani ini tergabung dalam Asosiasi Amanah dalam rangka kegiatan Sertifikasi RSPO Kelapa Sawit Petani Swadaya. Mereka organisasi ini berdasarkan adat dan kebiasaan yang dianut. Untuk membahas permasalahan yang dialami oleh kelompok tani, mereka melakukan pertemuan rutin satu kali dalam sebulan.
            Pertemuan ini dilakukan saat para petani ini menerima gaji dari hasil usahatani kelapa sawit. Mereka bermusyawarah dalam menyelesaikan permasalahan kelompok. Tuan rumah yang dijadikan tempat berkumpul petani menyediakan aneka jajanan demi menghargai tamu. Walaupun tamu itu adalah anggota kelompok tani. Hal ini merupakan cerminan kebiasaan mereka saat melakukan wirid yasin.
            Selain hal tersebut diaplikasikan pada kelompok tani, penduduknya juga melakukan hal yang sama untuk tamu dari luar daerah yang melakukan kunjungan ke kelompok tani. Mereka melakukan berbagai diskusi untuk memecahkan masalah sambil menghormati tamu dengan memberikan pelayanan terbaik untuk tamu. Saat hal ini ditanyakan kepada salah seorang petani tentang hal ini, mereka membenarkan bahwa melayani tamu adalah hal yang sangat terhormat. Melayani tamu merupakan suatu bentuk kebiasaan yang harus dilakukan sebagai bagian dari kebudayaan Jawa untuk mengatur kehidupan sehari-hari.

Senin, 08 April 2013

Kearifan lokal Masyarakat Nelayan



Kehidupan nelayan di pantai yang awalnya dikira keras, ternyata tidak sekeras yang dibayangkan. Kita sebagai orang yang belum pernah berinteraksi dengan masyarakat pantai terutama masyarakat marjinal, awalnya bakal takut saat disuruh berhadapan. Tetapi setelah dijalani dan melakukan pembicaraan dengan mereka kita bakal banyak dapat pelajaran berharga.
Masyarakat pantai terutama kaum nelayan, penduduk yang mempunyai rumah di tepi pantai, serta pedagang keliling tidak terlalu cemas menjalani kehidupan. Mereka menjalani kehidupan dengan tenang, walaupun permasalahan perekonomiannya tidaklah baik. Bagi mereka cukup makan tiga kali sehari merupakan suatu kenyamanan hidup.
Akhir-akhir ini Kota Padang dilanda isu yang meresahkan seperti isu tsunami, gempa yang berkuatan besar. Hal ini menyebabkan lemahnya perekonomian penduduk. Terutama masyarakat yang tinggal di tepi pantai. Nelayan mengalami kerugian karena berkurangnya jumlah konsumen ikan. Pemilik kosan di tepi pantai berkurang pendapatannya, karena mahasiswa-mahasiswa tidak berani tinggal di daerah pantai, pedagang keliling harus mencari strategi agar jualannya menjadi laku. Hal itu dilakukanya dengan berjualan ke tempat baru yang lokasinya jauh dari pantai.
Kalau hal seperti ini dibiarkan terus bagaimana nasib masyarakat pantai? Seperti yang kita ketahui bencana tidak dapat dihilangkan. Hal yang paling penting bagi masyarakat harus waspada. Tetapi kenyataan yang terjadi saat terjadi gempa yang berlarian bukanlah masyarakat pantai, warga asli pantai. Tetapi pendatang yang sangat ketakutan. Padahal kalau kita bercermin dan belajar dari alam, hal seperti itu tidak akan terjadi.
Tsunami mulai terkenal di Indonesia sejak bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Saat ini masyarakat tepi pantai bercermin pada kejadian yang terjadi di Aceh. Saat gempa datang mereka hanya keluar dari rumah hingga goncangannya berkurang, kemudian mereka pergi ke pantai untuk  melihat keadaan laut. Kalau laut tidak menunjukkan gejala-gejala yang aneh seperti aroma laut yang menyengat, surutnya air laut secara signifikan, serta burung-burung laut tidak beterbangan menuju daratan maka tsunami yang dikhawatirkan tidak akan terjadi.
Isu-isu tsunami seperti itu hanya membuat masyarakat bodoh dan ketakutan. Salah satu nelayan mengomentari, “Isu tsunami itu sebagai salah satu permainan politik pemerintah. Mereka ingin menggusur kami secara halus, agar kawasan sepanjang pantai ini bisa dijadikan sebagai kawasan wisata.”
Selain itu terkait dengan isu tsunami yang terjadi, menurut beberapa masyarakat di tepi pantai, tsunami itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Kalau sampai itu terjadi berarti daratan telah kotor. Air daratan tidak mampu membersihkannya, makanya giliran air laut yang membersihkannya melalui bencana tsunami. Kalau mau aman, jangan melakukan maksiat di tepi pantai. Sekarang ini maksiat di tepi pantai menjadi sebuah pemandangan yang biasa saja bagi kami.
Kearifan lokal seperti itulah yang membuat masyarakat pantai tidak terlalu takut dengan isu tsunami yang terjadi. Mereka hanya menganggap kalaupun tsunami itu terjadi dan maut menghampiri berarti “jodoh” yang mereka tunggu telah datang.

                                                                                                                        RN

Harmonisasi pikiran, jemari, dan keyboard


April, 7th  2013
09.54 PM
Jemariku bergerak lincah di atas keyboard laptop. Mereka menyatu menjadi sebuah alunan tulisan. Pikiranku ikut mendorong keharmonisasi antara jemari dan keyboard. Pikiranku membisiki kata-kata yang diketik oleh jemari. Begitu indahnya hubungan mereka. Harmonisasi hubungan ini bisakah kutemukan dalam kisah cintaku?
Kisah cintaku hanya membisiki jiwa-jiwa yang beku. Pikiranku ingin berteriak untuk mengatakan kepadanya bahwa “aku cinta kamu”. Tetapi, pikiranku berubah pikiran. Pikiranku lebih menyukai aku berbisik bahwa “aku cinta kamu”. Pikiranku lebih menyukai aku mengetikkan kata-kata cinta melalui jemari-jemari indah.
Tarian jemariku seolah gema kehidupan, bahwa aku masih mencintainya. Jemariku selalu menjamah tiap sudut keyboard untuk mengetikkan kata-kata cinta kepadanya. Pikiranku menjamah sudut liar alam imajinasiku untuk mengeluarkan kata-kata yang indah.
Tetapi, kata-kata indah ini hanya mampu dirangkai melalui harmonisasi pikiran, jemari, dan keyboard. Kata-kata indah berhasil kurangkai melalui proses latihan dan membaca untuk memperkaya khazanah kosa kataku. Ingin aku menghasilkan sebuah karya indah tentang kisah cintaku padamu. Namun,dirimu belum mengizinkanku untuk menjamahmu, melalui kisah cinta yang selalu di imajinasikan pikiran. Kisah cintaku seolah bias, saat berhadapan denganmu.
Hanya pikiran, jemari, dan keyboard inilah tempatku mengadu betapa aku cinta kamu someone who always support me to be a great person.

                                                                                                                                                            RN

Keliaran Imajinasi Pikiran

Pikiranku liar tidak terkendali. Semuanya yg dipikirkan adalah hal-hal yang luar biasa. Pikiran ini membuat kepalaku ingin meledak, apabila tidak kutemukan eksistensi pemikiranku dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang tidak memahami jalur pikiran liarku. Kepada siapa hendakku mengadu mengenai keagungan dari buah pikiranku?

Semua yang dipikirkan menjadi bias saat berbenturan dengan pandangan-pandangan sinis dari orang-orang yang berpikiran pendek. Pola pikir aku, kamu, dan kita berbeda. Jangan pernah menganggap remeh analogi pikiran seseorang. Melalui pikiran orang-orang yang biasa menjadi luar bisa. Darimanakah ilmu pengetahuan muncul? Tentu dari pikiran orang-orang yang luar biasa. Darimana sebuah ide datang? Tentu dari pikiran kreatif orang-orang yang luar biasa.

 Keagungan pikiran laksana kudus tempat bertahtanya semua ilmu di dunia. kudus hanya bisa dijangkau oleh orang-orang luar biasa yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. kudus bisa dicapai dari sebuah pikiran liar yang suci. Hakikatnya ilmu pengetahuan, ilmu kehidupan, ilmu dunia, ilmu akhirat, serta ilmu lainnya hanya milik kudus.

Jadi kemana kita gunakan kekuatan pikiran selama ini? Sudah berapa jauh kita menggunakan pikiran untuk mempertanyakan keeksitensian ilmu? Sudah berapa jauh pikiran kita untuk bercita-cita menguasai kudus?

Kemanakah pikiran-pikiran ini berkelana nantinya? Hanya berkelana di dunia fanakah atau ingin mencapai qudus. Hanya kita sendiri yang tahu kemana arah pikiran kita, hanya kita yang bisa memanfaatkan pola pikiran kita untuk mencapai tujuan tertinggi ilmu pengetahun. So, manfaatkanlah keliaran pikiranmu untuk mengetahui segala sesuatu. Tidak masalah kamu mau menjadi seorang free thinker yang tetap berpijak ke pondasi kudus.

                                                                                                                                                           RN

Senin, 01 April 2013

Aku, Kamu, dan Dia

March, 30th 2013
09.13 PM

Harapku sederhana, aku ingin kamu melihatku. Cukup melihat, tidak perlu apapun. Selama ini aku selalu melihatmu, mengikuti arusmu, mencari informasi tentangmu. Tetapi sekarang sedikit saja aku berharap bisakah kamu melihatku? Aku tahu, posisi dia sampai sekarang belum tergantikan oleh orang lain. Tapi, bolehkah aku berharap menggantikan posisi dia?

Dia, dia, dia yang selalu memenuhi jiwa ragamu. Dia, dia, dia yang sepertinya menjadi cinta sejatimu. Dia, dia, dia yang selalu menyempurnakan hidupmu. Dia, dia, dia yang mengerti kamu. Dia, dia, dia yang sampai sekarang selalu mempunyai tempat tersendiri di hatimu. Selalu dia, dia, dia.

Bagaimana dengan diriku. Sudah sejauh ini, selama ini aku selalu bersabar. Aku selalu menunggu agar waktu berpihak kepadaku. Aku ingin menggantikan posisinya. Tetapi, bukan sebagai dia. Sebagai diriku yang bisa membuat hidupmu lebih berwarna. Sederhana saja kan pintaku. Tidak muluk-muluk. Selama ini aku selalu menanti, menanti, dan menanti.

Apakah penantianku tidak pernah kamu lihat? Atau kamu tidak peka? Kamu telah sering memancingku. aku selalu memakan umpanmu dengan baik. Tetapi, saat tangkapanmu sudah ditangan, kamu lepas begitu saja. Tahukan kamu pancinganmu itu merenggang hasrat saat kau lepas. Hasrat ingin ditangkap, hasrat ingin dimiliki, hasrat ingin dilindungi, hasrat ingin dilihat.

Lihatlah aku sejenak, tatap mataku. Dari sana kau akan lihat, bagaimana terlukanya diriku saat mengetahui posisi dia masih belum bisa tergantikan. Ataukah ada dia, dia, dia yang lain? Dia, dia, dia yang akan mengganti posisi dia, dia, dia sebelumnya.

Bagaimana denganku? Haruskahku mengarungi dunia ini sendiri? Tanpa pernah memperoleh perlindungan dirimu? Tanpa pernah merasakan aku pernah dilihat olehmu? Kamu itu begitu dekat, tapi sangat jauh.

Seperti utopia yang mustahil kurengkuh, itulah dirimu. Aku ingin merengkuhmu secara nyata, bukan hanya di dalam mimpi. Please lihatlah diriku! Aku tahu untuk melihat diriku butuh perjuangan yang besar. Tetapi, cobalah untuk lihat diriku.

Jika kamu bisa hidup dengan dia, dia, dia yang selalu kamu lihat secara kasatmata. Aku bisa memberikan kehidupan yang bahagia secara nyata. Aku bisa memberikan cahaya baru dalam kehidupanmu. Jangan sempat kau berlalu, tanpa melihat diriku. Jangan cuma aku yang tahu, bahwa kamu selalu, selalu, dan selalu aku lihat.

                                                                                                                                                          RN

Analisa Sederhana Tentang Budaya

February, 10th 2013
07.25 A.M

Sungguh beruntungnya diriku tinggal di Indonesia, walaupun diriku belum pernah menjelajahi tiap sudut Indonesiaku. Beragam budaya yang membuat kita belajar untuk saling menghargai perbedaan. Keberagaman budaya juga membuat kita banyak mendapat pelajaran baru dan menyerap kearifan lokal penduduk di suatu daerah. Ini beberapa ceritaku tentang beberapa kesempatan yang membuatku tinggal di beberapa suku masyarakat Indonesia.

Aku adalah seorang gadis yang berasal dari suku minang. Orang tua minang asli, tetapi entah kenapa orang-orang sering menganggap aku berasal dari suku batak. Saat ini aku tinggal dan telah menetap dengan masyarakat Suku Jawa di Daerah Transmigrasi Jawa di Ukui, Provinsi Riau. Aku yang notabene dilahirkan di lingkungan masyarakat minang. Minum dari aliran sungai suku minang, memperoleh makanan dari lumbung padi suku minang dan ladang sayuran suku minang. Serta menghabiskan seluruh hidupku di daerah minangkabau, tentu merupakan kendala yang sangat sulit saat tinggal di lingkungan Suku Jawa.

Hal-hal yang kurasa awalnya sangat sulit ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan saat mulai beradaptasi dengan masyarakat Jawa disini. Aku ikut setiap kegiatan mereka mulai dari kumpul-kumpul pengajian dengan Ibu-ibu, kerja dengan petani yang semuanya laki-laki dan harus bertahan sebagai perempuan sendiri diantara para petani-petani tersebut. Aku harus terbiasa dengan Bahasa Jawa yang terdengar asing ditelingaku, aku harus terbiasa dengan masakan manis yang dikasih kecap dan gula, aku harus terbiasa makan tanpa CABE, aku harus terbiasa dengan selera humor mereka, aku harus terbiasa dengan perayaan-perayaan yang mereka rayakan, dan yang paling penting aku harus siap-siap untuk GEMUK keluar dari lingkungan masyarakat Jawa ini.

Begitu banyak kebiasaan yang harus aku sesuaikan dan aku harus terbiasa dengan keramahtamahan yang mereka miliki. Hal unik yang aku temui dari lingkungan ini adalah dalam menerima tamu. Bagiku dan bagi kita di masyarakat minang saat ada tamu mampir mungkin kita hanya menjamu ala kadarnya. Berbeda dengan masyarakat disini saudara-saudara setiap aku bertamu ke rumah orang, apalagi saat melakukan wawancara dengan para petani mereka selalu menjamu dengan jajanan khas Jawa seperti gorengan. Nah, yang uniknya mereka tidak hanya menyediakan satu jenis gorengan tetapi bermacam-macam. Pernah aku beruntung sekali pergi wawancara ke rumah salah satu petani disana mereka telah menyediakan makanan kecil dan yang membuat saya terkesima ada 5 macam gorengan kesukaanku saudara-saudara. What a beautiful life *devilgrin.

Selain jajanan seperti itu, di rumah aku tinggal saat makan tersaji menu 4 sehat 5 sempurna dan yang lebih edannya itu makanan seperti sayuran tidak hanya 1 jenis tetapi lebih dari 1 jenis. Menu wajib saat makan selalu tersedia tahu dan tempe. Tidak hanya di rumah, saat kerja di KUD pun mbak-mbaknya baik sekali, aku ingin pisang keju mereka beliin dan itu gratis saudara-saudara. Dari situ dapat kita lihat, masyarakat Jawa disini sangat memuliakan tamu, itu baru dari segi makanan. Hal lainnya yang bikin aku kagum, tamu disini seperti raja mereka memberikan fasilitas yang lebih. Seperti contoh, Ibu di rumah karena kasihan lihat diriku tidak ada keluar rumah beliau mengambil motornya ke rumah anaknya dan aku bebas memakai motor itu untuk berbagai kegiatan. Keluarga ini tidak menganggap saya orang lain.

Ada kejadian unik di rumah waktu aku melihat sambal lado, bagiku yang lidah minangnya kental melihat sambal tersebut benar-benar suatu anugrah dan juga disediakan daun ubi yang telah direbus. Nah, saat aku makan sambal lado tersebut benar-benar pedas seperti samba lado yang sering dibuat mama di rumah. Hari itu makanku benar-benar lahap, saat makan ibu di rumah menjelaskan saya bikin sambal itu dari cabe rawit. Alamak, saya hanya bisa terdiam dan geleng-geleng kepala kenapa rasa cabe rawitnya tidak pedas? Ini sambal ladonya pedasnya seperti cabe besar bukan seperti cabe rawit yang notabenenya lebih pedas dari cabe besar. Saya tidak tahu bagaimana cara ibu ini bikin sambal lado dari cabe rawit. Tapi, dari sana kita bisa melihat suatu perbedaan budaya antara masyarakat minang dengan Jawa terhadap persepsi pedas dan memuliakan tamu.

Masih terkait dengan budaya, awal tahun saya berkesempatan untuk berkunjung ke Pulau Jawa. Disana saya sempat tinggal beberapa hari dengan masyarakat Suku Sunda, Suku Betawi, dan keluarga saya yang berasal dari Makassar. Berbeda budaya berbeda pula jenis makanan dan cara mereka memakan. Tetapi untuk pedas tetap sambal minang yang jaya raya, kalau makanan lain pedasnya sudah tidak orisinil dan banyak memakai kecap.

Saat di Tanah Sunda yang saya lihat masyarakat disini makan dengan mengutamakan makanan untuk kambing “ini cuma istilah saya untuk menyebut lalapan”. Saya melihat mereka dengan lahap memakan daun-daunan mentah tersebut seperti kita makan kerupuk. Melihat hal tersebut saya memberanikan diri untuk mencoba makanan tersebut, tetapi tetap dengan olesan sambal ladonya biar rasa daunnya tidak hilang. Ternyata saudara-saudara saya tidak terlalu doyan, tetapi karena menghargai perbedaan budaya saya tetap mencoba memakan lalapan tersebut ala putri keraton. Masyarakat Sunda memakan makanan pakai tangan serta tempe dan tahu merupakan menu wajib yang selalu tersedia.

Selain budaya saya juga mengamati karakter masyarakat Sunda selama disana, saya menyimpulkan kalau orang Sunda sangat lembut kalau berbicara baik laki-laki maupun perempuan. Hingga terkadang dengan kurang ajarnya saya sampai terkantuk-kantuk menunggu mereka selesai bicara. Dialeg yang mereka gunakan sangat lembut, sehingga suaranya pun terdengar mendayu-dayu di telinga. Orang Sunda kalau marah seperti tidak marah, beda dengan orang Minang dan orang Sumatera atau orang Makassar, jangankan untuk marah bicara biasa saja seperti orang marah-marah. Ckckckck.

Selanjutnya kita pindah untuk menuliskan kebudayaan orang Makassar, saya punya saudara yang telah menetap di Makassar dan berkembang biak disana dan kemudian salah satu om saya pindah ke Bogor. Logat Makassar mereka sangat kental, walaupun bahasa yang digunakannya pakai Bahasa Indonesia tetapi mereka menggunakan Logat Makassar. Nah, kalau orang Sumatera terbiasa berbicara dengan suara keras tetapi tempo mereka bicara masih normal, orang Sunda dan orang Jawa terbiasa berbicara dengan lembut dan tempo bicara yang lambat, orang Betawi terbiasa bicara dengan suara lumayan keras dan gaya khas yang mereka gunakan terkesan arogan padahal itu memang cirri khas mereka, nah orang Makassar beda lagi mereka berbicara denga suara keras dan tempo yang sangat cepat, sehingga otak saya harus cepat berpikir untuk memahami apa yang mereka bicarakan.

Permasalahan cara bicara, logat menurut saya itu dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah. Seperti orang Sumatera berbicara dengan keras karena Pulau Sumatera kontur daerahnya berupa perbukitan, rimba, dan laut. Kalau kita berpikir secara logika tidak mungkin di daerah seperti itu kita berbicara lembut. Orang Sunda dan Jawa berbicara dengan lembut dan ritme yang pelan ini disebabkan keadaan geografis wilayahnya yang datar, tidak terlalu banyak perbukitan dan rimba. Orang Betawi berbicaramya suaranya lumayan besar dan terkesan sedikit arogan, ini mungkin dipengaruhi oleh faktor bahwa mereka tinggal di Kota Metropolitan dan mungkin sejak Zaman Penjajahan Belanda dulu nenek moyang Suku Betawi sudah sadar bahwa tempat mereka tinggal bakal jadi Kota Metropolitan jadi tidak masalah kalau bersifat arogan dari dini. Heheheh.

Orang Makassar beda pula, mereka berbicara dengan suara yang keras dan tempo yang sekencang-kencangnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh nenek moyang mereka sang penakluk laut yaitu Suku Bugis. Dari pengetahuan yang saya dapat Suku Bugis merupakan pelaut yang sangat ulung, bagi mereka laut itu seperti rumah kedua. Dari hal tersebut dapat kita logikakan saat melaut dan terjadi badai tidak mungkin kapten suku bugis berbicara dengan suara pelan dan ritme yang pelan supaya nahkoda mengembangkan layar “boro-boro layar terkembang, yang terjadi mungkin kapal sudah tenggelam duluan”, hal tersebutlah yang bikin orang Makassar berbicara dengan suara keras dan cepat.

Selain perbedaan bahasa untuk cara makan, setiap suku punya cara makan yang berbeda-beda. Suku Jawa dan Sunda telah dijelaskan sebelumnya. Kalau orang Makassar, saat makan sayur mereka punya cara sendiri. Kalau kita orang minang makan sayur langsung sayurnya diletakkan di piring bersama nasi dan lauknya. Tetapi, orang Makassar kalau makan sayur selalu menggunakan mangkuk tersendiri selain piring yang berisikan nasi dan sambal. Dari cerita sepintas dengan tante dan om saya tentang mangku sayur tersebut, mereka bilang “ini merupakan cara makan orang Makassar, kalau makan sayur atau makanan yang berkuah bersama nasi harus pakai mangku tersendiri biar kita bisa memaknai rasa yang terkandung dari makanan tersebut”. Wah dari makanan saja mereka sudah bisa menciptakan filosofi tersendiri.

Bagaimana dengan kita orang Minang? Cobalah lihat ke rumah makan Padang atau di rumah sendiri. Semua sambal dicampur aduk, sehingga rasanya pun beraneka ragam dan semuanya ambil bagian sedikit-sedikit dalam piring tersebut. Apakah ini sesuai dengan karakter orang minang yang senang mencoba berbagai hal, tetapi hal-hal tersebut cuma dipahaminya sedikit-sedikit sehingga rasa yang mereka ciptakan untuk berbagai hal tersebut tidak secara mendalam. Hal ini menyebabkan kebanyakan orang minang tidak terlalu peka terhadap detail-detail kecil yang terjadi dalam kehidupannya.

Loh ini tulisan berkembang kemana-mana, padahal awalnya saya ingin menuliskan kesan saya selama tinggal di masyarakat Jawa disini, tetapi malah berkembang menjadi perbandingan budaya antara suku daerah. Tidak apa-apa ini seperti filosofis saya tentang makanan minang seperti dijelaskan sebelumnya. Tetapi inti yang ingin saya sampaikan adalah hargai setiap perbedaan yang kita temui dalam kehidupan, temui filosofi-filosofi menarik dari kehidupan, dan berjalanlah aku, kamu, kita sejauh-jauhnya untuk melihat berbagai kebudayaan di dunia, sehingga kita mejadi kaya raya dengan dengan segala perbedaan-perbedaan yang kita temui.

                                                                                                                                                       RN

Tulisan Tanpa Judul

February, 9th 2013
04.05 P.M
Hidup ini sederhana saja lakukan apa saja yang kamu suka. Jangan pikirkan pendapat orang lain. Jika kamu ingin sukses, jemput sukses kamu sesuai standar kesuksesan kamu. Jangan pikirkan orang yang meremehkan kamu. Anggap saja itu cara kamu untuk tetap bertahan demi satu kata sukses yang kamu inginkan. Pura-pura tulilah kamu saat orang lain menganggap kamu tidak bisa. Pasanglah headset yang kamu inginkan, besarkan volume headset kamu tersebut. Sehingga kamu bisa meredam dan tidak mendengar pendapat orang lain.

Tetapi, jangan tutup telinga kamu saat orang lain menggandeng kamu untuk mencapai sukses yang kamu impikan. Aku, kamu, kita adalah pribadi-pribadi yang menginginkan kesuksesan. Kesuksesan yang aku impikan tidak akan sama dengan kesuksesan kamu inginkan. Kita mempunyai jalan yang berbeda untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Bagiku dengan kerja keras dan cerdas adalah jalanku untuk mendapat sukses. Bagiku membuka link sebanyak-banyaknya juga merupakan salah satu cara untuk kesuksesan. Selain itu, kesuksesan yang ingin kuraiuh dengan cara mengejarnya.

Bagaimana dengan kamu? Cara untuk meraih suksesmu mungkin sama dengan cara meraih suksesku. Malah mungkin caramu meraih suksesmu dengan cara terbang langsung ke pusat sukses yang kamu inginkan. Tetapi, apapun cara kamu meraih kesuksesan ingatlah selalu untuk menunjukkan kejujuran dan kemampuanmu. Mungkin kita akan menutup telinga rapat-rapat dari orang yang meremehkan kita. Tapi kita jangan sampai menutup telinga rapat-rapat untuk selalu jujur dalam meraih kesuksesan. Sukses sejati akan kamu dapat saat kamu telah berjuang keras, menutup telinga dari mulut usil orang-orang yang meremehkanmu, dan tentu saja dengan kecerdasan dan kejujuran yang kamu miliki.

Ayo teman, mari kita menjemput sukses yang kita inginkan. Rencanakanlah caramu menjemput sukses mulai dari sekarang dan pasanglah target suksesmu setinggi-tingginya. Sehingga kamu terbiasa untuk selalu bekerja keras dan cerdas dari awal. *coretan sederhana tanpa judul ditengah kantuk yang menyerang saat jam kerja masih belum berakhir.

                                                                                                                                                         RN

Cahaya Bulan

June, 4th 2012
05.53 AM

Bulan masih kokoh berdiri saat fajar menghampiri. Perlahan bulan tersebut menghilang karena dia merasa tugasnya di dunia malam ini telah selesai. Bulan tidak pernah mengutuk dirinya yang hanya menjalankan tugas saat kegelapan datang. Bulan memberikan sedikit cahaya untuk menyinari langit gelap, yang cahayanya dinikmati oleh aku, kamu, dan kita semua.

Aku, kamu, dan kita menikmati cahaya bulan dan pancaran cahayanya begitu romantis untuk dinikmati. Walaupun cahayanya hanya memberikan pancaran cahaya yang sedikit, namun disitulah letak keromantisan cahaya bulan. Cahaya bulan mampu memberikan semangat bagi jiwa-jiwa yang menyukai pancaran cahaya bulan. Cahaya bulan mampu memberikan ide bagi penulis-penulis yang menulis di bawah sinar cahaya bulan. Cahaya bulan mampu memberikan kekuatan cinta bagi jiwa-jiwa yang sedang menikmati perasaan cinta yang sedang tumbuh.

Bagiku cahaya bulan selalu bisa memberikan senyum dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan saat menikmatinya. Cahaya bulan mampu mengalahkan ketakutanku terhadap hal-hal yang mustahil. Cahaya bulan mampu memberikan sebuah perasaan ketulusan serta damai yang kunikmati. Cahaya bulan mampu memberikan ide menulis serta semangat dalam menyambutnya pagi. Cahaya bulan mampu merekatkan hubunganku dengan teman-teman saat kami berkumpul di malam hari. Serta cahaya bulan mampu memberikan perasaan cinta dalam hati aku, kamu, dan kita.

Begitu pula aku, kamu, dan kita saat jenuh menghadapi persoalan kehidupan, cobalah berkaca pada bulan. Bulan tidak pernah mengeluh saat cahayanya hanya mampu memberikan sedikit percikan cahaya ke bumi. Bulan melakukan pekerjaannya dengan senang hati. Bahkan, bulan dengan ikhlas bekerja sama dengan ribuan bintang untuk menerangi bumi dan membuat langit menjadi sangat indah.

Kita seharusnya sebagai manusia yang diberi akal dan nafsu, yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi, tidakkah seharusnya kita malu melihat bulan bekerja dengan ikhlas dan bekerja sama dengan ribuan bintang di langit. Seharusnya kita harus mampu lebih dari itu, menjalani hidup dengan ikhlas, jangan biarkan masalah kehidupan yang berat membuat kita tidak mampu bekerja sama dengan manusia-manusia lainnya. Jangan biarkan nafsu membuat kita saling menyakiti. Peliharalah cinta antar manusia seperti bulan yang memelihara cinta dengan bintang, langit, bumi, angin, awan, hewan, tumbuhan, air, manusia, serta apapun yang ada di muka bumi. Bulan tidak pernah memilih-milih siapa yang akan disinarinya. Semuanya mendapatkan percikan cahaya yang dimilikinya.

Tetapi kita, mengapa melakukan hal yang sangat berbeda? Coba ingat pepatah minang “Alam Takambang Jadi Guru”. Pepatah tersebut mengajarkan kita tidak hanya bisa belajar dari sesama manusia, tetapi ingatlah alam ini sangat luas. Kita bisa belajar dari alam. Alam memberikan berbagai contoh dalam menjalani kehidupan. Setiap kita pasti pernah melontarkan berbagai perkataan berdasarkan kejadian di alam. Jadi, kenapa kita tidak belajar dari alam. Alam mampu membuat kita menjadi bijaksana dalam berpikir. Kita meresapi, memaknai setiap peristiwa yang dialami di alam. seperti kita bicara tentang bulan.

Aku, kamu, kita diberi pikiran dan nafsu agar kita mampu berpikir dan menjalani kehidupan dengan tenang. Hidup ini sudah berat, kenapa kita masih mengeluh? Mengeluh membuat hidup semakin terasa berat. Nikmati saja peran yang bisa kita lakukan untuk kehidupan. Kita mempunyai tugas masing-masing sebagai khalifah di muka bumi. Seperti bulan yang memahami tugasnya dengan baik. Berkasih-kasihlah kita agar mampu menjaga keseimbangan bumi saat sinar bulan memancarkan cahayanya untuk menerangi bumi!

                                                                                                                                                      RN

Saat Diam, Cinta Masih Bisa Berkomunikasi

June, 1st 2012
01.36 PM

Keep silence please! Saat kita berada dalam lingkungan formal atau informal pasti sering mendengar kata-kata itu. Apalagi saat melakukan diskusi untuk mengeluarkan kata-kata tersebut sungguh membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Hal ini dikarenakan setiap pribadi susah untuk disuruh diam. Semua ingin terlihat dengan kemampuan mengeluarkan suara. Coba saja lihat sidang DPR tanggal 30 Maret 2012 lalu saat rapat kenaikan harga BBM. Ketua sidang mulai tersulut emosinya menghadapi anggota sidang yang berlomba-lomba ingin menyuarakan pendapatnya, tanpa peduli dengan aturan sidang. Lalu apa yang terjadi, bisa kita saksikan sidang menjadi kacau, waktu penetapan keputusan terundur dan hal ini mengakibatkan sidang terpaksa diperpanjang.

Itu merupakan salah satu contoh yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Apa susahnya untuk diam? Pepatah aja bilang “diam adalah emas”. Diam itu jauh lebih bermakna daripada mengeluarkan suara yang tidak ada manfaatnya yang lebih banyak juntrungan dan mudaratnya. Diam belum tentu memperlihatkan kita seorang yang bodoh. Dalam diam tercantum berbagai ide yang sangat luar biasa. Dengan diam kita bisa menghargai orang lain, dengan diam perselisihan tidak akan terjadi, dengan diam kita lebih bisa mengatur kehidupan, dan dengan diam perasaan akan menjadi lebih sensitif.

Diam disini maksud saya bukan diam seperti orang bisu, tetapi diam untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, diam sesuai dengan tempat yang dibutuhkan. Dengan diam kita lebih bisa mencurahkan apa yang kita rasakan terhadap orang yang kita sayangi. Seperti contoh sederhana aku dengan orang tuaku “aku bukanlah orang banyak berbicara, kecuali dengan orang benar-benar memahamiku. Walaupun aku mempunyai banyak teman darimanapun, tetapi hanya dengan hitungan jari kanan orang yang benar-benar bisa ku ajak bicara dari hati ke hati. Begitu susahnya diriku menemukan kenyamanan dengan orang lain.

Tetapi, orangtuaku tanpa aku bicara banyak mereka mengerti aku, tanpa perlu bertanya banyak, tanpa perlu menasehati panjang lebar. Cukup dengan satu kalimat nasehat itu bisa membuatku mengerti apa yang boleh dan tidak boleh ku lakukan. Begitulah aku menjalani kehidupan, aku diberi kebebasan menjalani kehidupan yang ku mau, dengan hanya dibatasi oleh beberapa kalimat untuk menjaga diriku. Tanpa telpon yang tiap hari, tanpa percakapan yang banyak. Tetapi, dari situ aku banyak mendapat pelajaran diam bukanlah sesuatu yang buruk. Tetapi diam mampu mengalirkan cinta kepada orang-orang yang benar-benar kusayangi.

Aku sangat terikat dengan kebiasaan papaku mengantar dan menjemputku saat pergi dan pulang darimana saja. Saat menunggu mobil di bawah rintik hujan kami hanya diam tanpa bicara, tetapi dari sana aku tahu dalam diam kami telah berbicara banyak dari hati. Salah satu yang bisa aku tulis dari percakapan diam itu “kalau orang lain bisa, kenapa kamu tidak bisa!”. Itulah yang membuat ku optimis dalam menjalani kehidupan. Selain contoh kecil di atas orang tuaku bukanlah orang bisa mencurahkan kasih sayangnya lewat ucapan begitu juga dengan diriku, mereka lebih suka dengan perbuatan. Seperti saat malam tiba orang tuaku sering pergi ke kamar mengusir nyamuk-nyamuk yang menyerang kami, sambil menyelimuti kami dan mengusap kepala kami.

Selain itu, selalu mengantar kemanapun diriku tanpa banyak pertanyaan. Mama dengan diamnya menyediakan makanan yang lezat-lezat bagi kami. Bagi orang tua ku yang lebih penting itu tindakan bukan ucapan, begitu juga dalam memberi dukungan kepada diriku, mereka mencontohkan lewat tindakan. Jika aku memperlakukan orang dengan baik, maka sebelumnya aku belajar dari orang tuaku. Cara aku mencintai orang juga belajar dari bagaimana cara orang tuaku mencintai diriku, adek-adekku, dan orang lain. Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana rasa cinta orang tuaku kepada diriku.

Walau orang tuaku diam mereka tahu apa yang aku lakukan di luar, walau orang tuaku tidak mengekangku mereka tahu aku bebas di luar. Mereka tahu dengan kebiasaan jelekku yang sering keluar malam. Tetapi, mereka tetap memberi kepercayaan kepadaku tanpa mengintograsiku karena meraka yakin dengan kalimat-kalimat nasehat yang telah mereka berikan sambil bercanda. Saat yang paling mengharukan bukti cinta orang tua ku dalam diam adalah orang tua ku menangis saat aku akan menjalani operasi, tetapi aku dengan usaha yang sangat kuat berhasil tidak menangis di hadapan mereka. Karena kalau aku menangis pasti keadaan tambah runyam, orang tuaku pasti akan khawatir dengan kelancaran operasi yang aku lalui.”

Dari situ aku lagi-lagi percaya dengan kekuatan CINTA dalam DIAM. Dengan diam aku berhasil membuat orang tuaku menaruh kepercayaan yang besar kepadaku, dalam diam semua keadaan yang semulanya chaos menjadi terkendali. Jadi apa susahnya untuk keep silence dalam kehidupan? Diam mampu mengikat kita menjadi lebih kuat dan menghargai orang lain. Kita boleh bicara banyak tetapi bicara yang berkualitas bukan yang cuma omong kosong doang. Lebih baik diam dan orang lain mengerti daripada ribut dan orang lain akan memandang kita buruk. Jadi, kepada aku, kamu, kita jangan takut akan diam! Diam akan menumbuhkan cinta diantara kita untuk memahami orang lain.

                                                                                                                                                      RN