Translate

Rabu, 07 Mei 2014

Karya Rus Mitasari



April, 3rd 2014
06.00 AM

 
Rus Mitasari sebagai Pengetik Komputer
Ketika memasuki ruangan kelas 6 di awal penempatan menjadi Pengajar Muda, saya membawa sebuah laptop. Ada seorang anak dengan mata berbinar-binar melihat laptop ini. Saya tidak tahu pesona yang dipancarkan oleh laptop ini. Setelah saya membuka laptop, anak-anak berbisik-bisik ke anak yang matanya berbinar-binar tersebut.

Akhirnya setelah agak lama terjebak dengan kebingungan tersebut, salah satu anak menjelaskan kepada saya bahwa anak tersebut bercita-cita menjadi pengetik komputer. Saya diam mendengarkannya dan memikirkan sederhana sekali cita-cita ini anak. Cita-citanya tidak setinggi langit, anak ini tidak ambisius untuk bercita-cita tinggi.

Setelah berkenalan dengan anak tersebut, saya baru tahu namanya Rus Mitasari. Dia bercerita ingin menjadi juru ketik suatu saat. Dia melihat orang yang berada dibalik layar komputer adalah sosok yang hebat. Melihat matanya yang berbinar-binar tersebut, saya menyerahkan laptop ini ke dia dan menyuruhnya mengetik di laptop. 

Dia seperti kejatuhan durian runtuh. Dia memperlakukan laptop ini seperti orang tua membelai anaknya. Dia mengangumi seluruh komponen yang ada di laptop ini. Tangannya gemetaran mengetik huruf pertama, tetapi matanya memancarkan sinar yang sangat terang dan senyumnya terkembang merekah ketika menyentuhkan jemarinya ke laptop ini.

Bahagia sekali Sari dengan laptop ini. Dia tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk mengetik di laptop ini. Ternyata mengetik di laptop adalah pengalaman pertama bagi Sari.

Sari, saya hanya berdo’a semoga suatu saat kamu menjadi juru komputer yang ahli di Indonesia. Tetap simpan cita-citamu untuk menjadi Pengetik Komputer.

Pohon dan Penebang Kayu

Ada seorang penebang kayu bernama serakah. Suatu hari ketika ia menebang kayu, gagang kapaknya patah. Ia mencari dahan untuk mengganti gagangnya yang patah. Sesampainya di hutan ia bertanya kepada pohon jati yang besar. “bolehkah aku meminta dahanmu?” Pohon jati menjawab, “jangan nanti tubuhky jelek.”

Kemudian serakah mendekati pohon akasia, “bolehkah aku meminta sebagian dahanmu?” Akasia menjawab, “jangan nanti aku mati kalau potong.” Serakah hampir putus asa, tiba-tiba pohon jati berbicara, “ambillah dahan sawo itu!” Penebang kayu terkejut, “karena tubuhnya kuat dan keras, jika kau ambil tidak akan mati.” jawab jati.

Sawo tidak menolak, akhirnya serakah memetong beberapa dahan. Ia pulang dengan hati berbunga-bunga. Keesokan harinya serakah menjalankan kegiatannya. Ia pergi ke hutan dengan menenteng kapak. Ia kemudian menebang kayu-kayu besar yang dijumpainya, tak terkecuali kayu jati.

Kayu jati menangis mengapa serakah tega menyakitinya. Sambil menangis jati berkata, “andai saja aku tak mengorbankan sawo, pasti aku akan selamat. Serakah tidak akan memiliki gagang kapak lagi.” Jati hanya bisa menyesal.
                                                                                               

Si Kutu Buku

Dia memang anak yang rajin. Setiap pagi dia selalu tiba di sekolah paling awal. Tidak hanya rajin datang ke sekolah, dia juga rajin membaca apa saja. Tak ada satu buku pun di perpustakaan yang belum tersentuh oleh jari-jari lembutnya. Dan tak satu  kalimat pun pada buku itu yang belum yang dibacanya. Oleh karena itu tidak heran jika semua siswa di kelas IV menjulukinya si kutu buku.

Tidak hanya rajin membaca buku, di bidang kesenian dan olahraga dia juga jagoannya. Berbagai prestasi seni dan olahraga disabetnya dari berbagai lomba yang pernah diikutinya. Kedisiplinannya dalam setia hal, tidak hanya mengantarkan gadis berparas cantik itu menjadi juara di segala bidang. Bahkan prestasi si lembut hati itu juga mengusik hati para guru dan kepala sekolah untuk menobatkannya sebagai siswa teladan bulan itu.
                                                                                              

Ruang ICU

Sore hari Yulia bermain kelereng dengan teman-temannya. Permain tersebut selalu dilakukan setiap pukul 16.30 WITA. Yulia bermain kelereng di samping balai desa yang berjarak 500 meter dari rumahnya.

Setelah selesai bermain kelereng Yulia bergegas pulang karena hari menjelang magrib. Sampai di pertigaan jalan Yulia kaget, ia melihat sosok tubuh terge;atak di pinggir jalan.

“tolong Kakek Kasan pingsan!” teriak Yulia. Setelah tahu bahwa yang pingsan adalah Kakek Kasan tetangganya. Orang-orang kampung segera berhamburan keluar. Ayah Yulia juga keluar rumah.

“Kakek Kasan kenapa Yul?” tanya ayahnya.

“pingsan yah.” Jawab Yulia.

Ayah Yulia berlari ke garasi mengeluarkan mobil ayahnya dan segera membawa Kakek Kasan ke rumah sakit. Yulia pun ikut bersama keluarga Kakek Kasan. Sesampai di rumah sakit, Kakek Kasan dibawa ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD).

“sakit apa dok?” tanya Yulia.

“kelihatannya sakit jantung, dik. Kakekmu harus segera dirawat di ruang ICU. Di ruang ICU Kakek Kasan di rawat dengan alat pemacu jantung. Suasana hening sekali, yang terdengar hanya suara dengkuran Kakek Kasan dan bunyi alat pemacu jantung.

Yulia tertegun, sebentar-sebentar ia melihat grafik alat pemacu jantung yang bergerak tidak beraturan. Perlahan-lahan air mata Yulia menetes, ia tidak kuasa menahan tangisnya.
                                                                                               

Berpantun Ria ala Rus Mitasari

1.    Berlayar menuju ke tengah laut
Lupa membawa perahu datang
Kasihan anak tak berpengetahuan
Bagaikan katak dalam tempurung

2.    Ato kawan naik dokar
Pergi ke pasar membeli kenari
Ato kawan rajin belajar
Agar kelak menjadi insinyur

3.    Burung Irian Burung Cendrawasih
Dibawa perahu ke Jakarta
Jika berteman jangan pilih kasih
Derajat manusia semua sama

4.    Pohon Jambu sedikit liar
Melempar nuri dengan kenari
Bila kamu rajin belajar
Tentulah nanti akan berhasil

5.    Burung Kutilang terbang lepas
Kakak tua memakan roti
Jadi orang jangan malas
Di hari tua menyesal nanti

6.    Anak Gajah menarik pedati
Memahat batu tengah padang
Hilang sudah gundah do hati
Melihat ibu sudah datang
                                                                                             
                                                                              By : Rus Mitasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar