May, 6th 2014
09.21
PM
Saya
mulai mengamati Fahmi ketika di kelas kita lagi bermain cita-cita. Waktu itu
saya mengajak anak-anak menceritakan tentang cita-citanya. Ketika giliran Fahmi
dia bercerita ingin menjadi pemain sepakbola. Di tengah-tengah cerita dia
menangis dan tidak bisa melanjutkan ceritanya. Saya bingung dengan hal yang
terjadi waktu itu.
Setelah
tenang saya bertanya, “kenapa kamu menangis?”
Akhirnya
Fahmi bercerita bahwa dia sangat ingin bermain bola. Ikut pertandingan bermain
bola, tetapi sekolah tidak pernah memberikan kesempatan kepada kami untuk
mengasah kemampuan. Saya hanya ingin diberi kesempatan untuk bertanding secara
sungguh-sungguh dengan teman-teman dari sekolah lain. Sayang sekali saya belum
bisa mewujudkan keinginan Fahmi dan teman-temannya terkait izin dari sekolah.
Setelah
itu Fahmi bercerita, jika menjadi pemain bola dia ingin bergabung dengan Timnas
Indonesia. Dia ingin membawa Indonesia sampai piala dunia. Dia mencintai sepakbola
seperti ruhnya dan Timnas adalah kebanggaannya sebagai orang Indonesia. Dia tidak
terpengaruh dengan klub-klub sepakbola luar negri yang terkenal. Dia juga tidak
menjadikan pemain luar negri sebagai pemain bola favoritnya. Bagi Fahmi pemain
bola favoritnya adalah Evan Dimaz. Suatu saat dia ingin bertemu dan bermain
dengan Ivan Dimas di laga pertandingan bola.
Lihat
seorang anak SD di desa memiliki keyakinan yang luar biasa untuk meraihnya
mimpinya. Dia juga mencintai negara Indonesia dibalik semua kesusahan akses
yang diterimanya. Kecintaannya terhadap Indonesia tidak hanya dilihat dari
kecintaannya terhadap Timnas, tapi juga lewat tulisan-tulisannya yang biasa
saya lihat. Fahmi selalu menuliskan tentang Ibu Pertiwi dari mata seorang anak
kecil. Fahmi selalu menggebu-gebu ketika diajak bercerita tentang Indonesia. Sorot
matanya memperlihatkan bahwa dia akan selalu mencintai Tanah Air Indonesia ini.
Belajar Bersepeda
Pada
hari libur, bapak saya membelikan sepeda. Namun saya belum bisa naik sepeda.
Waktu itu saya berumur 5 tahun. Saya berkata kepada bapak, “Pak, saya belum
bisa naik sepeda.” Bapak saya berkata, “belajar! Bapak akan mengajarkan naik
sepeda.” Saya berkata, “iya pak, tapi saya takut jatuh.” Bapak saya berkata,
“jatuh itu soal biasa kamu pasti bisa, bersemangatlah, dan mulailah percaya
diri. Jangan takut jatuh.”
Saya
pun mulai dari roda dua, bapak saya memegang di sisi. Saya mengayuh
perlahan-lahan, bapak melepaskan tangannya. Saya jalan-jalan dan saya hampir
jatuh, untung bapak saya memegang sepeda saya. Jantung saya deg-degan, saya takut sekali jatuh,
untung ada bapak yang memegang saya. Saya pun mulai bisa jalan kiri-kanan. Saya
jalan ke warung, kemana-mana menggunakan sepeda seperi burung.
Janganlah
takut mencoba. Mencoba adalah hal yang baik, tapi kita harus semangat dan
mulailah percaya diri.
Indonesiaku
Ibu
Pertiwi pernah mengeluh kepada saya bahwa banyak pejabat korupsi, oknum polisi
memalukan, pimpinan peniru, DPR hanya ber-hahahihi, narkoba merajalela. Oh
Indonesiaku.
Maafkan
mereka Tuhanku, ampuni dosa-dosa mereka. Bukakanlah mata dan hati mereka. Beri
ketabahan pada rakyat jelata. Hidup ini hanya sementara.
Adil
dan sejahtera itu yang mereka dambakan, tetapi apa daya buat makan, bayar
pajak, uang sekolah, bayar listrik, PDAM, telpon, sampai iuran Rt terasa berat.
Bagaimana
masa depanmu? Oh sebagai Putra Bangsa, ingin rasanya aku menangis memikirkan nasibmu
Pertiwiku. Tetapi kau bahkan menghiburku, “sudahlah anakku, jangan bersedih.
Hidup harus diperjuangkan pilihlah wakil-wakil yang bertanggung jawab dalam
Pemilu.”
Buku
Bila malam tiba,
Ku buka dan ku baca.
Ku pahami dan ku dalami,
Semua
rahasia buku ini.
Kau menyimpan misteri,
Di kehidupan ini,
Kau tidak pernah marah,
Bila
aku tak pernah menyentuhmu.
Darimu aku tahu,
Apa artinya ilmu,
Yang berguna untuk kami,
Tuk bekal di kemudian hari.
Pengabdian
Membangun Paser tiada henti,
Padamu Paser aku berbakti,
Berjuang mengabdi sebersih hati,
Sampai
titik akhir hayatku nanti.
Aku bangga Tana Paser,
Aku bangga Kabupaten Paser,
Aku cinta Rakyat Paser.
By
: Fahmi
Aset bngsa mah nyongg, karya ny tdk terlihat sprti anak seumuran dy.. sungguh syg sekali jk tdk mndpt p'htian pmrntah.. bibit2 sprti inilah yg kelak mnjdi tonggak p'ubhan NKRI.. titip slm smngt y..
BalasHapus