May, 6rd 2014
09.57
PM
I called home |
Ada
sebuah pernyataan menarik dari tokoh Islam tersohor asal Mesir yang kerap
disebut sebagai mujadid (pembaharuan) abad ini dalam buku The Journal of a Muslim Traveler, yaitu Hasan Al-Banna yang mengatakan,
“I am a traveler seeking the truth, a
human searching for the meaning of humanity, and a citizen seeking dignity,
freedom, stability, and welfare under the shade of Islam. I am a free man who
is aware of the purpose of his existence and calls, trully, my prayer, and my
sacrifice, my life and my death, are all for Allah, the Cherisher of the
worlds; He is no partner. This I am commanded and I am among those who submit
to His Will. This is who I am. Who are you?”
Selamat malam mama dan papa,
Kemarin
adalah ulang tahun sil yang ke-24. Setahun lagi umur ini akan memasuki
seperempat abad. Ulang tahun kali ini terasa berat dilalui. Kenapa? Karena sil
jauh dari rumah dan umur 24 tahun seperti sebuah beban. Angka 24 ini
benar-benar seperti monster yang menakutkan, yang mengingatkan bahwa sebentar
lagi akan ada peringatan-peringatan dari mama dan papa tentang pilihan hidup
yang telah dijalani selama ±2 tahun.
Aku
sadar ma, pa pasti sangat berat bagi kalian melepasku untuk merantau jauh.
Tetapi, anak kalian ini tetap bersikeras untuk keluar rumah demi melihat dunia
luar yang luas dan mengejar impiannya. Apalagi pilihan hidup yang kujalani saat
ini. Awalnya kalian benar-benar tidak merestui pilihanku ini, walaupun tetap
memberikan kesempatan. Karena, kalian tahu bagaimana kekeras kepalaanku
jika dilarang memilih yang ku impianku.
Ternyata jalannya tidaklah mulus, tanpa restu dari kalian. Akhirnya ketika
kesempatan itu datang aku mohon agar kalian benar-benar merestui jalan yang
kupilih dan berjanji setelah itu akan kembali ke impian awalku.
Sekarang
aku disini berkat kesempatan yang telah kalian berikan. Aku tahu kalian selalu
cemas memikirkanku setiap hari yang jauh dari jangkauan, tetapi aku bahagia
karena semakin jauh dari kalian aku
semakin butuh kalian dalam setiap langkah yang kujalani.
Mama
papa, di awal tulisan ini aku sengaja mengutip kata-kata seorang pengelana
muslim. Sekarang aku menganalogikan diriku adalah seorang musafir yang sedang mencari “sesuatu” di perjalanannya. Si
pengelana muslim ini menyatakan kalau beliau adalah seorang pejalan yang
mencari makna kehidupan melalui perjalanan. Ternyata di setiap perjalanan dia
menemukan Tuhan yang dipercayainya.
Sekarang
sebagai seorang musafir aku butuh keluar rumah untuk menemukan alasan kembali
ke rumah. Di perjalanan kali ini sang musafir menetap dengan keluarga barunya.
Musafir banyak bertemu dengan orang-orang baru yang ditemuinya. Semua
orang-orang yang ditemuinya itu adalah orang-orang baik yang mengajarkan banyak
hal ke musafir ini. Musafir ini belajar kesederhanaan, ketulusan, kebaikan.
Ternyata
semua pelajaran yang ditemui oleh musafir ini, mampu membuat dia merasakan
bahwa dia ternyata butuh rumahnya. Musafir ini merasakan ada hal yang kosong di
perjalanan ini. Walaupun bisa dilihat musafir ini dikelilingi oleh orang-orang
yang berhati hangat dari berbagai latar belakang. Tetapi, mereka ini tidak bisa
mengisi kekosongan hati sang musafir.
Musafir
ini ingin lari, keluar dari kekosongan ini. Tetapi tidak bisa dilakukannya
karena itu menandakan sebuah kemunafikan yang dijalaninya. Untuk mengisi
kekosongan hatinya sang musafir sering melakukan komunikasi dengan orang
tuanya.
Lihat
mama papa, ternyata komunikasi dengan kalian mampu membuatku bisa bertahan
untuk tidak kembali ke rumah sampai ini selesai. Hal ini juga membuka mataku
lagi. Aku ingat lagi tujuanku kesini. Walaupun aku merasa ada yang kosong di
hatiku tanpa kehadiran kalian disini, aku tidak boleh menelantarkan orang-orang
yang telah sukarela mengajarkanku kesederhaan, ketulusan, dan kebaikan. Aku
berusaha untuk berbagi kehangatan dengan mereka, walaupun sedikit sulit. Tetapi
tidak apa-apa, keterbukaanku ternyata dibalas dengan senyum tulus dari mereka.
Sebagai
seorang musafir, disini aku menemukan hal-hal kusenangi. Aku belajar sosial
budaya masyarakat Bugis di penempatanku. Aku bisa mengobrol dengan orang-orang
dari berbagai latar belakang sehingga cakrawala pikiranku semakin bertambah.
Aku bertemu dengan anak-anak yang luar biasa kemampuannya. Serta aku menemukan
hal-hal jelek dalam dunia perpolitikan dan pendidikan di daerah penempatanku
khususnya.
Sebagai
seorang musafir, aku semakin kritis melihat sesuatu. Tetapi dibalik
kekritisanku mama papa, aku merasa semakin bijaksana dalam menjalani hidup. Aku
sudah mulai memikirkan permintaan kalian untuk mecari “rumah” setelah bertugas.
Walaupun aku merasa, aku belum siap mencari “rumah” tersebut karena aku masih
butuh kebebasan untuk mencari lebih banyak dan melangkahkan kaki lebih jauh
lagi.
Tiba-tiba
aku ingat sekilas kata-kata Agustinus Wibowo dalam buku Titik Nol yang intinya menyatakan
bahwa jauh itu hanya sekedar pencarian atau pencapaian egoisme pribadi yang
telah melakukan perjalanan ke banyak tempat. Setelah disini aku baru sadar,
kata-kata Agustinus tersebut menyindirku. Awalnya jauh itu bagiku adalah sebuah
pencarian, ternyata setelah beberapa bulan dilalui jauh itu aku rasakan sebagai
suatu pencapaian egoisme pribadi. Aku merasa telah melakukan perjalanan lebih
jauh dibanding orang-orang disekitarku. Aku menceritakan semua perjalanan yang
telah kulakukan. Tetapi, kadang cerita-cerita yang kuberikan menunjukkan
kesombonganku di depan mereka.
Aku
tidak mau menjadi orang yang sombong. Aku hanya ingin mencari lebih banyak
rahasia-rahasia yang ada di dunia ini melalui perjalanan mama papa. Temanku
pernah berkata kepadaku ma pa, “dalam perjalanan yang dilakukan sendiri memang
bisa mengunjungi banyak tempat, tetapi jika perjalanan dilakukan berdua akan
lebih banyak lagi tempat-tempat tersembunyi yang bisa ditemukan.”
Alasan-alasan
dan pengalaman beberapa bulan inilah yang membuatku mau memikirkan pendapat
kalian ma pa. Ternyata kesempatan yang telah kalian berikan ini sangat berguna
bagiku.
Sekarang
aku ingin menjawab dengan yakin pertanyaan Pengelana Muslim di atas, “siapakah
aku di perjalanan ini?”, “aku adalah bagian dari perjalanan yang ingin
menemukan banyak rahasia yang ada di dunia ini dan orang tuaku adalah pendukung
utamaku dalam melakukan perjalanan ini.”
Oh
ya mama papa, sebelum sil menutup surat ini. Aku ingin sekali menghadiahi kalian
dengan foto-foto yang luar biasa indahnya. Dari foto ini aku ingin mengabarkan
bahwa kesempatan yang telah kalian berikan tidak pernah sia-sia. Terima kasih
banyak mama dan papa. I love you.
RN
Nice nyongg.. Petualangan ini yg akn m'bwa mu kpda rumh yg sbnarnya.. smga sgla pnantian n pngorbanan akn berbuah mnis yaa.. Fightingg :)
BalasHapus