Translate

Jumat, 30 Agustus 2013

Jeritan Pikiran untuk Kota ini



August, 30th 2013
11.40 A.M.

Lagi kabut asap menyelimuti kota ini. Ya kota ini! Tahukah pembaca dimana kota ini? Kota ini adalah Kota Pekanbaru yang kata orang-orang sih dan kata saya juga sebagai salah satu kota metropolitan di Tanah Sumatera. Kota ini merupakan ibukota Provinsi terkaya no. 2 di Indonesia (saya menyebut sebagai ini tidak menggunakan data, tetapi tetap menyebut sebagai salah satu kota terkaya). Banyak sekali alasan saya mengatakan kota ini sebagai kota kaya. Jika ingin mengetahui silahkan datang saja ke kota ini. Sebagai bocoran tentang kekayaan kota ini yaitu pembaca dengan mudah menemukan mobil-mobil mewah berseliweran di jalan raya. Pembaca dengan mudah melihat ke daerah Riau hamparan karpet sawit yang menaunginya, dan pembaca dengan mata kepala sendiri bakal melihat kota-kota kecil pusat industri minyak dan kertas. Cukup sudah saya memberi bocoran kekayaan kota ini.

Jika kita memutar balik waktu, setiap tahun kita mendengar tentang kabut asap yang selalu mengganggu kota ini. Bagi masyarakat yang telah lama tinggal di kota ini, kabut asap telah menjadi hal lumrah. Bahkan adik saya yang sudah bertahun-tahun tinggal di kota ini berkomentar, “kabut asap ini emang WAJIB terjadi setiap tahun”. Kenapa kata-kata WAJIB saya kasih huruf capital semuanya? Karena ini memang terjadi setiap tahun.

Awal tahun 2013, saya pindah ke kota ini. Saya mendapat pekerjaan di kota ini. Well, sebenarnya saya tidak terlalu menyukai kota ini? Kenapa? Disini saya tidak menemukan indahnya perbukitan, hamparan sawah yang menabjukkan, pegunungan, serta udara sejuk. Disini saya menemukan sebuah kota yang mencoba untuk menjadi sebuah kota metropolitan, hamparan gedung-gedung bertingkat, jalanannya yang padat, dan lain-lain. Saya tidak ingin mengutuk kejelekan kota ini, karena ini tempat saya mencari sesuap nasi.

Setelah bolak-balik bercerita tentang kota ini, ngelantur kesana-kemari marilah kita lihat kondisi sekarang.
Tanggal 27 Agustus 2013 lagi-lagi terjadi kabut asap yang parah di kota ini. Berdasarkan berita yang saya baca di koran akibat kabut asap ini beberapa penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru dibatalkan karena kondisi kabut yang parah. Jarak pandang yang relative pendek memungkin pesawat dalam kondisi yang berbahaya untuk lepas landas yaitu sejauh 300 m. Saya tidak akan menuliskan jumlah hotspot yang ditemukan di Provinsi Riau. Saya ingin menuliskan tentang jeritan suara di pikiran ini.

Saya sesak,
Sesak akan nafas ini.
Hey para mafia-mafia bisnis,
Tidakkah kalian prihatin dengan kondisi kota ini,
Tidakkah kalian ingin berterima kasih sedikit saja kepada kota ini.

Coba buka mata kalian sedikit saja,
Coba pertajam telinga kalian sedikit saja,
Coba buka mata hati nurani kalian sedikit saja,

Tidakkah kalian lihat anak-anak dan masyarakat bertutupkan masker,
Tidakkah kalian lihat anak-anak dan masyarakat batuk karena kabut asap ini,
Tidakkah kalian mendengar berita, penerbangan terganggu,
Tidakkah kalian merasa kerugian waktu yang dialami orang-orang tersebut,
Tidakkah kalian melihat aktivitas yang terganggu,

Seharusnya anak-anak dan masyarakat bersenandung ria menjalankan aktivitasnya setiap hari,
Seharusnya anak-anak dan masyarakat menikmati aktivitas tanpa terganggu oleh penyakit,
Seharusnya penerbangan berjalan dengan lancar,
Seharusnya orang-orang tersebut tidak mengalami kerugian waktu untuk berjumpa sanak family di tempat yag jauh tersebut,
Seharusnya aktivitas-aktivitas yang kami lakukan tidak terganggu,
Begitu banyak seharusnya yang muncul.

Tapi kalian diam,
Kalian menulikan telinga, kalian menutup mata, dan memboikot akses nurani kalian.

Kenapa?
Karena kalian telah diperdaya oleh kehidupan yang tidak pernah merasa cukup,
Karena kalian telah diperdaya dengan keuntungan materi
Karena kalian telah diperdaya oleh satu yaitu UANG.

Lihat,
Kalian membakar bumi ini,
Kalian mendapat keuntungan dari ini.

Tapi,
Tidakkah kalian lihat kerugian dari ini,
Bumi terganggu,
Masyarakat terkena dampaknya.

Tidakkah kalian terpikir,
Aku, kalian, dan kita tinggal di bumi yang sama,
Kita menghirup udara yang sama,
Coba pikirkan anak-anak, keluarga kalian,
Mereka juga merasakan kesakitan yang kita rasakan.

Tetapi,
Ini hanya tinggal jeritan hati,
Tanpa ada solusi yang kalian pikirkan,
Terima kasih banyak untuk kalian.
Terima kasih untuk kota ini,
Yang tetap memberikan kekayaan berlimpah untuk kalian dan saya.

                                                                                                                         RN

4 komentar:

  1. Disana kabut lagi ya sil?
    Cemangaaatttt kakaaaa

    BalasHapus
  2. Iyaaa parah drpada yg kemaren.
    Semangat batuk-batuk deh sekarang.

    Eh WA lo ng aktif y?

    BalasHapus
  3. Iyaaaa gak ber WA skarang.
    Hp habis ilang sebulan lalu, huhuhu..

    BalasHapus
  4. No lo ganti atau masih yang lama?

    BalasHapus