May, 7th 2014
10.30
AM
With My Students |
Apakah
kita harus jadi juru dongeng agar bisa menarik perhatian anak-anak? Apakah kita
harus punya banyak koleksi dongeng ketika bercerita dengan anak-anak? Tidak
selalu harus memiliki kemampuan seperti itu, untuk menjadi seseorang yang
menarik di depan anak-anak kita cukup menjadi diri sendiri dan menyatu dengan
dunia mereka.
Anak-anak
sangat senang mendengar sebuah cerita. Aku bukanlah orang yang memiliki
kemampuan baik untuk bercerita secara lisan, tetapi di depan mereka aku
berusaha mengikuti keinginan mereka untuk menjadi juru dongengnya.
Cerita-cerita yang kusampaikan kepada mereka adalah cerita-cerita sederhana
yang pernah kudengar tentang kehidupan.
Aku
ingat tanggal 19 April 2014 aku bercerita tentang Gajah dan Burung Hantu. Aku
menceritakan gajah dan burung hantu adalah hewan yang tidak pernah lupa jalan
pulangnya. Mereka walaupun pergi berkelana meninggalkan tanah kelahirannya,
suatu saat mereka kembali lagi ke rumah.
Selain
itu gajah merupakan hewan yang pintar dan sensitif mengenali lingkungan
sekitarnya. Saya menceritakan ke anak-anak ada sebuah kisah menarik seekor
gajah masuk ke kota, orang-orang terkejut melihat gajah itu. Gajah itu tidak
mengganggu orang-orang tersebut, dia hanya menuju satu tempat. Tempat tersebut
setelah ditelusuri ternyata adalah tempat kelahiran gajah. Gajah selalu pulang
ke rumahnya setelah dewasa, hanya untuk melihat tempat kelahirannya. Setelah
itu, dia kembali berkelana menuju habitatnya dan menelusuri setiap jengkal
habitat tersebut. Gajah juga hewan yang pintar mengenal lingkungannya, serta
mampu mengenal orang yang memiliki hati yang bersih maupun kotor.
Begitu
juga dengan burung hantu dia selalu pulang ke rumah setelah selesai
melaksanakan sebuah urusan. Saya mengetahui cerita burung hantu, ketika dulu
bekerja di salah satu NGO Lingkungan. Saya mendampingi masyarakat pedesaan mengelola
perkebunan kelapa sawit yang memperhatikan aspek lingkungan, bekerja sama
dengan sebuah perusahaan kelapa sawit. Ketika meninjau lokasi perkebunan kelapa
sawit, saya tertarik melihat di tengah-tengah kebun melihat ada sangkar burung.
Saya bertanya kepada asisten kebunnya, karena pemandangan itu terlihat mencolok
di mata saya.
Saya
: Sangkar burung apakah yang ada di tengah kebun itu dan apa fungsinya?
Asisten
kebun : Itu adalah sangkar burung hantu yang berfungsi sebagai musuh alami
hama-hama serta pengganggu tanaman kelapa sawit lainnya.
Saya
: Kenapa burung hantu yang dijadikan sebagai musuh alami?
Asisten
kebun : Alasannya sederhana saja, burung hantu walaupun terbang jauh dia tetap
akan kembali ke sangkarnya. Sehingga memudahkan untuk memelihara mereka.
Lihat
alasan yang digunakan oleh asisten kebun tersebut. Burung Hantu yang merupakan
seekor binatang mampu mengetahui jalan pulang. Dia selalu ingat untuk kembali
ke rumah.
Saya
melanjutkan bercerita kepada anak-anak.
Di
Negara Inggris Burung Hantu merupakan lambang kebijaksanaan. Sehingga, beberapa
sekolah di Inggris menggunakan Burung Hantu sebagai lambang sekolah mereka.
Lihat mata burung hantu, sorot matanya menyiratkan keteduhan dan perlindungan
bagi makhluk-makhluk sekitarnya. Ibaratnya sorot mata burung hantu adalah sorot
mata orang tua kita yang memberikan kenyamanan serta perlindungan terhadap
anak-anaknya.
Tiba-tiba
salah satu anak mengangkat tangan dengan antusiasnya, “Ibu berarti gajah dan
burung hantu hewan yang sangat hebat. Saya ingin seperti gajah dan burung
hantu.”
Lihat
ternyata dengan membacakan cerita tentang kehidupan makhluk-makhluk
disekitarnya memberikan antusias kepada anak-anak. Akhirnya saya menjawab
pertanyaan anak tersebut sambil melempar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan kebutuhan pendidikan karakter mereka, “wah pintar! Jika ingin pintar dan
bijaksana seperti gajah dan burung hantu kalian harus melakukan apa?
Anak-anak
berebutan memberikan jawaban-jawaban yang lugu.
“Saya
tidak boleh berkelahi ibu.”
“Saya
harus rajin membaca buku.”
“Saya
tidak boleh melawan kepada orang tua dan guru.”
“Saya
harus menyayangi teman-teman.”
“Di
kelas saya harus rajin belajar dan mengajarkan tugas.”
“Melindungi
binatang peliharaan saya.”
Itu
adalah beberapa jawaban yang keluar dari mulut anak-anak yang polos ini. Mereka
benar-benar mendengarkan cerita yang telah diceritakan dengan baik. Bagi mereka
tidak ada paksaan untuk mencerna setiap cerita yang diceritakan, tetapi mereka
ternyata mampu mencerna setiap inti yang ingin disampaikan.
Setelah
menceritakan tentang gajah dan burung hantu giliran anak-anak yang berebutan
menceritakan tentang binatang peliharaannya. Anak-anak ini mempunyai beberapa
binatang peliharaan seperti kucing serta burung. Mereka memberikan nama yang
lucu untuk binatang-binatang tersebut yaitu Buyung, Icis, Otong, Regis, dan
Breja.
What a lovely them with their
story, their eyes, and their smile when we told story together.
RN
hi cek gu :)
BalasHapusBagi dongeng nya kak.
BalasHapusBagi dongeng nya kak.
BalasHapusBagi dongeng nya kak.
BalasHapus