Translate

Kamis, 03 April 2014

Keberanian Itu Merupakan Kesempatan



March, 6th 2014
06.24 AM
Salah satu murid sedang melukiskan karyanya di depan teman-temannya
Ini bukanlah sebuah cerita mengenai belajar kreatif yang saya terapkan di kelas, tetapi ini adalah sebuah cerita tentang mengasah keberanian murid.
Saya adalah guru bantu di SDN 032 Tanah Grogot. Di sekolah ini saya mengajar matematika kelas 1, 2, 3, dan 5 serta Bahasa Indonesia untuk kelas 6. Selain mengajar di kelas, saya juga memberikan les untuk semua murid yang ada di sekolah tersebut.
Saya bertekad selama mengajar di sekolah ini ada beberapa perubahan pada murid-murid saya. Perubahan besar yang ingin saya lihat di murid-murid adalah memupuk rasa berani untuk berbicara di depan kelas. Salah satu cara yang telah saya terapkan di kelas 5 yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak tersebut maju ke depan sebelum pelajaran dimulai selama 10 menit. Di depan kelas mereka diharapkan mampu menampilkan hal-hal yang disukainya sepertinya berbicara, bernyanyi, berpantun, story telling, menggambar, dan lain sebagainya.
Anak-anak yang tampil ditentukan oleh nomor lot yang telah kami buat di kelas bersama-sama. Sehingga, semua anak mendapatkan peluang yang sama ketika diambil lot-lot tersebut. Mereka tidak bisa menolak, ketika namanya mendapat urutan yang pertama. Sebelum kita membahas tentang memupuk keberanian ini lebih lanjut, ada hal menarik yang bisa dipelajari dengan peluang mengambil lot nama anak-anak dengan penentuan tampil secara hompipa yaitu berupa kepasrahan.
Anak-anak harus siap dan pasrah jika setiap lot diambil atau hompipa dimulai karena peluang mereka untuk mendapat kesempatan adalah sama. Ekspektasi mereka juga sama yaitu sama-sama nol. Cara ini sangat menarik untuk dilakukan karena wajah-wajah cemas anak-anak ketika menarik lot atau bermain hompipa adalah wajah-wajah yang penuh dengan kepasrahan. Ketika namanya tercabut, ekpresi wajahnya langsung berkomentar “aihss dapat urutan pertama” dan sebagian besar lainnya akan mengatakan “yes”.

Setelah semua lot tercabut, terlihat urutan anak-anak tampil di depan kelas. Awalnya anak-anak di kelas 5 protes tidak mau melakukan kegiatan tersebut. Gurunya akhirnya melakukan pendekatan melalui cerita orang-orang yang sukses karena keberaniannya. Awalnya anak-anak yang mendapat giliran pertama masih malu-malu untuk berbicara di depan kelas, tetapi setelah diberikan penghargaan oleh teman-temannya berupa semangat akhirnya anak-anak tersebut mulai berani untuk tampil di depan kelas.
Beberapa perubahan yang telah terjadi kelas 5 tersebut yaitu mereka yang biasanya tidak berani berbicara di depan kelas, sekarang menjadi lebih berani. Seperti contoh murid saya yang bernama Riska sebelumnya tidak pernah maju ke depan kelas, sekarang dia berani menggambar hasil karyanya di papan tulis dengan percaya diri. Selain Riska ada Ayu yang tampil gemilang dengan story telling-nya, Marini yang jago bernyanyi, Jumadi yang pintar merangkai pantun, Nur yang mempunyai tingkat percaya diri melebihi teman-temannya, serta Dakmal yang mampu memberikan semangat ke teman-temannya ketika tampil di depan kelas. Itu baru sebagian kecil perubahan yang telah dilakukan oleh murid-murid saya.
Hal yang ingin saya pelajari disini yaitu ternyata keberanian itu bisa diwujudkan jika anak-anak diberikan ruang ekspresi dan kepercayaan. Saat mereka diberikan waktu untuk berekspresi, mungkin mereka tidak akan berani melakukan jika teman-temannya tidak percaya anak tersebut mampu melakukankannya. Tetapi ketika teman-temannya menatap dengan penuh kepercayaan ketika anak tersebut tampil di kelas saat itulah anak tersebut memanfaatkan waktu untuk berekspresi. Disni terlihat bahwa hukum aksi dan reaksi yang telah diciptakan oleh Tuhan bekerja sama dengan anak-anak di kelas tersebut.

                                                                                                               RN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar