Translate

Senin, 08 April 2013

Kearifan lokal Masyarakat Nelayan



Kehidupan nelayan di pantai yang awalnya dikira keras, ternyata tidak sekeras yang dibayangkan. Kita sebagai orang yang belum pernah berinteraksi dengan masyarakat pantai terutama masyarakat marjinal, awalnya bakal takut saat disuruh berhadapan. Tetapi setelah dijalani dan melakukan pembicaraan dengan mereka kita bakal banyak dapat pelajaran berharga.
Masyarakat pantai terutama kaum nelayan, penduduk yang mempunyai rumah di tepi pantai, serta pedagang keliling tidak terlalu cemas menjalani kehidupan. Mereka menjalani kehidupan dengan tenang, walaupun permasalahan perekonomiannya tidaklah baik. Bagi mereka cukup makan tiga kali sehari merupakan suatu kenyamanan hidup.
Akhir-akhir ini Kota Padang dilanda isu yang meresahkan seperti isu tsunami, gempa yang berkuatan besar. Hal ini menyebabkan lemahnya perekonomian penduduk. Terutama masyarakat yang tinggal di tepi pantai. Nelayan mengalami kerugian karena berkurangnya jumlah konsumen ikan. Pemilik kosan di tepi pantai berkurang pendapatannya, karena mahasiswa-mahasiswa tidak berani tinggal di daerah pantai, pedagang keliling harus mencari strategi agar jualannya menjadi laku. Hal itu dilakukanya dengan berjualan ke tempat baru yang lokasinya jauh dari pantai.
Kalau hal seperti ini dibiarkan terus bagaimana nasib masyarakat pantai? Seperti yang kita ketahui bencana tidak dapat dihilangkan. Hal yang paling penting bagi masyarakat harus waspada. Tetapi kenyataan yang terjadi saat terjadi gempa yang berlarian bukanlah masyarakat pantai, warga asli pantai. Tetapi pendatang yang sangat ketakutan. Padahal kalau kita bercermin dan belajar dari alam, hal seperti itu tidak akan terjadi.
Tsunami mulai terkenal di Indonesia sejak bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Saat ini masyarakat tepi pantai bercermin pada kejadian yang terjadi di Aceh. Saat gempa datang mereka hanya keluar dari rumah hingga goncangannya berkurang, kemudian mereka pergi ke pantai untuk  melihat keadaan laut. Kalau laut tidak menunjukkan gejala-gejala yang aneh seperti aroma laut yang menyengat, surutnya air laut secara signifikan, serta burung-burung laut tidak beterbangan menuju daratan maka tsunami yang dikhawatirkan tidak akan terjadi.
Isu-isu tsunami seperti itu hanya membuat masyarakat bodoh dan ketakutan. Salah satu nelayan mengomentari, “Isu tsunami itu sebagai salah satu permainan politik pemerintah. Mereka ingin menggusur kami secara halus, agar kawasan sepanjang pantai ini bisa dijadikan sebagai kawasan wisata.”
Selain itu terkait dengan isu tsunami yang terjadi, menurut beberapa masyarakat di tepi pantai, tsunami itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Kalau sampai itu terjadi berarti daratan telah kotor. Air daratan tidak mampu membersihkannya, makanya giliran air laut yang membersihkannya melalui bencana tsunami. Kalau mau aman, jangan melakukan maksiat di tepi pantai. Sekarang ini maksiat di tepi pantai menjadi sebuah pemandangan yang biasa saja bagi kami.
Kearifan lokal seperti itulah yang membuat masyarakat pantai tidak terlalu takut dengan isu tsunami yang terjadi. Mereka hanya menganggap kalaupun tsunami itu terjadi dan maut menghampiri berarti “jodoh” yang mereka tunggu telah datang.

                                                                                                                        RN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar