Kehidupan nelayan di
pantai yang awalnya dikira keras, ternyata tidak sekeras yang dibayangkan. Kita
sebagai orang yang belum pernah berinteraksi dengan masyarakat pantai terutama
masyarakat marjinal, awalnya bakal takut saat disuruh berhadapan. Tetapi
setelah dijalani dan melakukan pembicaraan dengan mereka kita bakal banyak
dapat pelajaran berharga.
Masyarakat pantai
terutama kaum nelayan, penduduk yang mempunyai rumah di tepi pantai, serta
pedagang keliling tidak terlalu cemas menjalani kehidupan. Mereka menjalani
kehidupan dengan tenang, walaupun permasalahan perekonomiannya tidaklah baik.
Bagi mereka cukup makan tiga kali sehari merupakan suatu kenyamanan hidup.
Akhir-akhir ini Kota
Padang dilanda isu yang meresahkan seperti isu tsunami, gempa yang berkuatan
besar. Hal ini menyebabkan lemahnya perekonomian penduduk. Terutama masyarakat
yang tinggal di tepi pantai. Nelayan mengalami kerugian karena berkurangnya
jumlah konsumen ikan. Pemilik kosan di tepi pantai berkurang pendapatannya,
karena mahasiswa-mahasiswa tidak berani tinggal di daerah pantai, pedagang
keliling harus mencari strategi agar jualannya menjadi laku. Hal itu
dilakukanya dengan berjualan ke tempat baru yang lokasinya jauh dari pantai.
Kalau hal seperti ini
dibiarkan terus bagaimana nasib masyarakat pantai? Seperti yang kita ketahui
bencana tidak dapat dihilangkan. Hal yang paling penting bagi masyarakat harus
waspada. Tetapi kenyataan yang terjadi saat terjadi gempa yang berlarian
bukanlah masyarakat pantai, warga asli pantai. Tetapi pendatang yang sangat
ketakutan. Padahal kalau kita bercermin dan belajar dari alam, hal seperti itu tidak
akan terjadi.
Tsunami mulai terkenal
di Indonesia sejak bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Saat ini masyarakat
tepi pantai bercermin pada kejadian yang terjadi di Aceh. Saat gempa datang
mereka hanya keluar dari rumah hingga goncangannya berkurang, kemudian mereka
pergi ke pantai untuk melihat keadaan
laut. Kalau laut tidak menunjukkan gejala-gejala yang aneh seperti aroma laut
yang menyengat, surutnya air laut secara signifikan, serta burung-burung laut
tidak beterbangan menuju daratan maka tsunami yang dikhawatirkan tidak akan
terjadi.
Isu-isu tsunami seperti
itu hanya membuat masyarakat bodoh dan ketakutan. Salah satu nelayan
mengomentari, “Isu tsunami itu sebagai salah satu permainan politik pemerintah.
Mereka ingin menggusur kami secara halus, agar kawasan sepanjang pantai ini
bisa dijadikan sebagai kawasan wisata.”
Selain itu terkait
dengan isu tsunami yang terjadi, menurut beberapa masyarakat di tepi pantai,
tsunami itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Kalau sampai itu terjadi berarti
daratan telah kotor. Air daratan tidak mampu membersihkannya, makanya giliran
air laut yang membersihkannya melalui bencana tsunami. Kalau mau aman, jangan
melakukan maksiat di tepi pantai. Sekarang ini maksiat di tepi pantai menjadi
sebuah pemandangan yang biasa saja bagi kami.
Kearifan lokal seperti
itulah yang membuat masyarakat pantai tidak terlalu takut dengan isu tsunami
yang terjadi. Mereka hanya menganggap kalaupun tsunami itu terjadi dan maut
menghampiri berarti “jodoh” yang mereka tunggu telah datang.
RN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar