September, 4th 2013
09.46
PM
Bersama Pak Rudi di Kebun Teh |
Saya
memanggil beliau dengan sebutan Prof.
Rudi[1]
atau Pak Rudi. Di jurusan beliau terkenal sebagai dosen pembimbing yang killer. Kenapa killer? Ini berdasarkan fakta saya, teman-teman, serta senior yang telah
mengalami. Kalau bimbingan bersama Prof. Rudi seperti memasuki ruang sidang
pengadilan. Semua mahasiswa bimbingan Prof. Rudi menjadi alim sejenak. Semua
doa, zikir, serta ayat untuk penenang diri dibaca sebelum melakukan bimbingan.
Selain
doa, zikir, dan ayat masih ada senjata lain yang harus dipersiapkan untuk bimbingan
dengan beliau yaitu bahan bacaan sebagai penguat jawaban ketika ditanya tentang
skripsi. Tapi, cara ini sering gagal karena peserta bimbingan sering gugur di
awal pertandingan. Prof. Rudi ternyata lawan yang sangat tangguh dalam hal ini.
Cara Prof. Rudi menaklukan lawan cukup dengan memberi tatapan sekilas dan
memegang skripsi, kemudian lawannya siap-siap menjawab pertanyaan Prof. Rudi.
Biasanya belum selesai menjawab, sudah dipotong Prof. Rudi, kemudian akan
berlanjut ke adegan yang menengangkan.
Biasanya
percakapannya seperti ini, “(1) apa rumusan masalahnya?; (2) antara latar
belakang dan rumusan masalah tidak nyambung; (3) kamu ada membaca tidak; (4)
dan pertanyaan lainnya. Saya sudah bilang baca, baca, baca, dan baca baru tulis
yang akan disampaikan dalam skripsi.” Tetttt, suara Prof. Rudi setelah itu akan
naik beberapa oktaf. Kenaikan suara ini alarm bagi mahasiswa bimbingannya yang
lagi antri diluar. Kalau sudah begini, biasanya antrian yang mau bimbingan
berkurang. Alasan mereka kalau sudah begini berarti ujung-ujungnya kita semua
dimarahi seperti itu. Itu alasan yang digunakan bagi mahasiswa yang mempunyai
mental kere. Bagi yang bermental baja akan terus menerjang badai dan ombak untuk
melakukan bimbingan.
Hal-hal
yang saya tuliskan tersebut sebagai prolog untuk mengenal Prof. Rudi. Sudah
menjadi rahasia umum di kalangan mahasiswa kalau Prof. Rudi sebagai dosen
bimbingan yang paling killer.
Sehingga, atas persetujuan bersama para pendahulu kami, tanpa ada kontrak
tertulis menyatakan bahwa mahasiswa yang mendapat bimbingan dari Prof. Rudi
siap-siap menuntut ilmu di kampus minimal 5 tahun.
Sugesti-sugesti
dari pendahulu sepertinya memberikan pengaruh yang cukup efektif bagi kami para
junior terhadap ke-killer-an Prof.
Rudi. Semua sugesti yang diberikan oleh senior tergantung bagaimana kami para
junior mengelola dan membuktikan kepada mereka bahwa kami bisa menyelesaikan
kuliah 4 tahun Prof. Rudi.
Saya
telah membuktikan hal tersebut. Saya sudah mendapat bocoran tentang ke-killer-annya dari senior jika memilih
Prof. Rudi jadi pembimbing. Ketika mereka mengatakan hal tersebut saya telah
membulatkan tekad untuk tetap memilih Prof. Rudi sebagai pembimbing. Saya ingin
mematahkan sugesti dari senior dan akan membuktikan bisa menyelesaikan kuliah 4
tahun. Selain itu, salah satu prinsip hidup yang mengendalikan saya tetap
memilih Prof. Rudi adalah jangan pernah melewatkan sebuah tantangan di depan
mata. Bagi saya menjadi mahasiswa bimbingan Prof. Rudi adalah sebuah tantangan.
Cita-cita saya waktu itu, ingin menutup masa kuliah dengan sebuah cerita seru.
Prolog
di awal tulisan ini merupakan kisah yang telah dilewati bersama teman-teman satu pembimbing.
Prof. Rudi benar-benar membimbing kami untuk sebuah kualitas bukan kuantitas. Bagi beliau, proses belajar dan mengubah
pola pikir adalah hal yang penting. Metode yang beliau berikan kepada saya
dalam bimbingan adalah banyak membaca buku terutama yang berhubungan dengan
topik penelitian. Hasil yang didapat dari membaca buku adalah kemampuan menulis
suatu objek penelitian dan bagaimana menuangkan hasil penelitian secara
objektif.
Saya
belajar menulis dari Prof. Rudi ketika menulis sebuah skripsi. Skripsi saya
berbeda dengan skripsi teman-teman lainnya. Di skripsi saya menulis cerita
kehidupan sehari-hari masyarakat yang menjadi objek penelitian.
Awalnya
saya berpikir, hanya menulis cerita tanpa ada rumus dan table. Ini akan menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Ternyata saya salah besar, menulis sebuah cerita
sangat sulit daripada menulis hasil table dan rumus. Saya jatuh bangun
bimbingan menulis cerita tersebut dengan Prof. Rudi. Saya telah menghitung
selama 11 bulan insentif bimbingan dengan Prof. Rudi revisi proposal penelitian
sebanyak 10 kali, revisi hasil penelitian sebanyak 13 kali, revisi seminar
hasil sebanyak 7 kali (ini yang paling parah, saya merevisi hampir semua hasil
skripsi menggunakan kata-kata sendiri. Bagian ini yang melatih saya menulis dan
memainkan permainan kata-kata, serta kalimat), dan revisi akhir sebanyak 5
kali.
Berdasarkan
angka-angka tersebut, terlihat bahwa saya sangat konsisten bimbingan dengan
Prof. Rudi. Konsultasi hari ini, baca buku, perbaikan, dan besoknya bimbingan
lagi. Selama periode 11 bulan saya benar-benar focus skripsi dan sempat
berhenti sebulan karena ikut proyek penelitian dosen. Latihan menulis selama 11
bulan merupakan sebuah proses yang cukup panjang. Saya belajar dan mengikuti
ritme yang diberikan oleh Prof. Rudi.
Sebelum
bimbingan saya dan teman-teman selalu berdiskusi dan saling menguatkan untuk
melakukan bimbingan. Banyak cerita yang telah kami lalui, serta eksperesi yang
didapat selama bimbingan. Salah seorang teman saya setiap selesai bimbingan
keluar dengan linangan air mata dan air mata. Teman yang lain sebelum bimbingan
tangannya sudah dingin, dan eskpresi lainnya. Kalau saya selama 11 bulan
tersebut pernah menangis terisak-isak 2 kali yaitu saat kelulusan sidang dan
bimbingan hasil.
Bimbingan
hasil penelitian ini sebenarnya memang kesalahan saya, Karena ingin cepat kelar
skripsi setelah dari lapangan saya langsung menuliskan hasil penelitian tanpa
konsultasi dengan beliau. Alhasil ketika membawa skripsi itu, bapak marah dan
hanya melihat sekilas hasil yang telah dibuat. Saya ingat sekali hari itu,
ketika air mata pertama keluar selama bimbingan memakai kemeja kuning polos
serta cuaca yang mendung-mendung mendayu. Langkah kaki yang bersemangat untuk
konsultasi sama beliau, eh ternyata keluar dari ruangan langsung nangis.
Saya
juga ingat perkataan beliau hari itu dan ekspresinya ketika konsultasi, “apa
yang bikin ini? Seperti ini skripsi yang ingin kamu hasilkan? Seharusnya
setelah dari lapangan kamu langsung mendatangi saya untuk diskusi penulisan
hasil. Kalau seperti ini skripsi kamu tidak ada bedanya dengan skripsi yang
dahulu. Metode penelitian kamu kualitatif, jadi poin dari penelitian ini adalah
bercerita secara detail hal yang kamu lihat secara objektif. Ulang lagi hasil
penelitian ini.”
Penglihatan
sekilas yang langsung membuat down,
tetapi yang dibilang oleh beliau semua benar. Setelah memarahi beliau
mencarikan buku-buku yang sesuai dengan kepenulisan skripsi tersebut. Saya
dipinjamkan buku Kehidupan 5 Keluarga Miskin di Meksiko dan Keluarga Nelayan.
Seperti itu kira-kira judul bukunya. Saya membaca buku tersebut, ternyata buku
tersebut disajikan seperti novel non-fiksi. Dari membaca buku tersebut dan
jurnal penelitian kualitatif saya memahami kalau kekuatan skripsi saya adalah
bercerita.
Seminggu
kemudian saya menemui Prof. Rudi, beliau sedikit mengeluarkan pujian, “cara
kamu mendeskritifkan sudah lumayan bagus. Sekarang kamu arahkan pembaca untuk
mengerti poin yang ingin kamu sampaikan. Kalau seperti ini tulisannya pembaca
tidak mengerti hal yang ingin kamu sampaikan.” Dari kalimat ini saya belajar bagaimana
mengarahkan pembaca dan membuat pembaca menyukai tulisan dengan mengelompokkan
poin-poin yang disampaikan.
Saya
belajar menulis terus, setiap hari menulis, membaca jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian. Jungkir balik membuat tulisan menjadi lebih baik,
jungkir balik bimbingan dengan Prof. Rudi. Saya tetap menghadapi beliau,
kekerasan beliau saya jadikan cambuk untuk berusaha lebih keras. Karena saya
yakin dengan kata-kata beliau awal kami bimbingan, “saya ingin kalian mampu menghasilkan sesuatu, skripsi kalian tidak
hanya menjadi pajangan di perpustakaan. Tapi digunakan oleh orang banyak
sebagai sumber reverensi. Hal yang paling penting itu adalah kualitas bukan
kuantitas.”
Saat
jenuh melihat skripsi saya mencoba menulis hal-hal sederhana yang luput dari
perhatian. Saya mencoba merangkai kata-kata sendiri yang berbeda haluan dengan
kepenulisan skripsi. Satu tulisan selesai, lanjut tulisan selanjutnya. Ternyata
kebiasaan ini menyenangkan ada hal melegakan ketika menyelesaikan sebuah
tulisan.
Ternyata
tempaan keras hasil didikan beliau sangat bermanfaat bagi saya sekarang. Di
pekerjaan hari ini saya berhubungan dengan tulis-menulis hasil penelitian. Saya
lebih kritis dalam menghadapi sebuah realita di pekerjaan. Secara pikiran
sepertinya cara berpikir Prof. Rudi te;ah menular kepada saya. Selain itu saya
juga bisa menolong teman-teman untuk kepenulisan skripsi, tulisan ilmiah dan
mampu mengkritik sebuah tulisan yang jelek. Dulu saya menilai semua tulisan itu
bagus, orang yang bisa menulis pintar. Ternyata setelah bimbingan dengan beliau
saya mulai melihat sebuah tulisan dari perspektif yang berbeda. Itu semua
berkat didikan beliau selama 11 bulan.
Sejak
tadi sepertinya saya bercerita tentang ke-killer-an
Prof. Rudi ketika bimbingan. Padahal selain ke-killer-annya tersebut banyak sisi menyenangkan Prof. Rudi yang bisa
diceritakan. Ketika kami merayakan ulang tahunnya, kami melihat sosok Prof.
Rudi yang berbeda, beliau begitu menyenangkan dan kami bisa bercanda-gurau
dengannya. Bahkan bapak menjanjikan untuk mengajak kami bakar-bakar ikan di
rumahnya.
Bersama teman-temam satu pembimbing |
Selain
itu cirri khas dari Prof. Rudi adalah celana jeans, jaket kulit, kemeja, serta
ransel. Kalau orang yang melihat mungkin tidak menyangka bapak itu sebagai guru
besar. Kostumnya tersebut tidak menggambarkan sebagai seorang guru besar di
imajinasi kita. Bagi kami mahasiswa bimbingan untuk melihat kehadiran dan
kepulangan Prof. Rudi di kampus, cukup mengintip ke ruangannya dan melihat
jaket kulitnya. Jika jaket kulitnya masih tergantung, berarti beliau masih
beredar di kampus.
Bagi
saya sungguh beruntung dibimbing oleh Prof. Rudi, karena hasil bimbingannya
berdampak banyak bagi saya hingga sekarang. Walaupun beliau mendidik kami
keras, tapi kekerasannya itu untuk pengembangan kemampuan bertahan di dunia
nyata. Saya juga berhasil mematahkan hasil deklarasi senior kalau anak
bimbingan Prof. Rudi paling cepat tamat 5 tahun. Hari ini hampir setahun saya
menyelesaikan kuliah dan berhasil tamat kuliah dalam kurun waktu 4 tahun. Bagi
teman-teman yang seperjuangan dengan saya Chika, Dini, Endis, Lola, Cuwik,
Fani, dan Ico tetap semangat meluluhkan hati Prof. Rudi. Saya tunggu di dunia
nyata secepatnya. Beberapa tahun ke depan saya ingin bergabung di tim Prof.
Rudi dan Ibu Vonny untuk mengabdikan diri di bidang pendidikan.
Nah ini tips untuk teman-teman
seperjuangan dan junior yang bimbingan dengan Prof. Rudi :
1. Jangan
pernah mendengar sugesti yang diucapkan oleh orang tentang kekilleran Pro.
Rudi, tetap songsong badai untuk bimbingan dengan beliau.
2. Jangan
perah menghilang dari beliau, selalu konsisten selama bimbingan. Jangan seperti
ayam bertelur sekali bimbingan, dimarahi, 3 bulan kemudian baru menemui. Nah
ini yang bikin lama tamat.
3. Kekerasan
bapak membimbing untuk kebaikan kita dan melatih mental di dunia kerja nanti.
Coba saja rasakan saat berpisah dengan beliau, pasti sedih karena tidak ada
yang akan membimbing lagi. Apalagi kalau di kantor bertemu dengan orang yang
tidak sekeras beliau, pasti pekerjaan akan enteng saja menyelesaikannya.
4. Rajin-rajin
membaca, kembangkan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan penelitian.
Bapak senang jika ada usaha dari kita untuk menjadi lebih baik.
5. Selalu
latihan menulis, apa yang dikonsultasikan dengan beliau kerjakan dengan
sebaik-baiknya.
6. Saran
yang paling penting ini sebaiknya ketika diskusi dengan beliau direkam, karena
biasanya kalau hal yang disampaikannya bakal hilang setelah menutup pintu
ruangannya. Kenapa bisa hilang? Karena pikiran kita udah di blok melihat
ekspresi beliau.
7. Dengarkan
terus hasil rekaman itu. Ketika sudah paham langsung cari bahan bacaan kemudian
mulailah menulis biar bisa konsultasi lebih lanjut.
8. Kekonsistenan
dalam menulis juga harus diperhatikan. Beliau hanya dengan melihat sekilas
skripsi kita sudah mengetahui letak kesalahan skripsi.
9. Siapkan
argumen yang jelas terkait dengan skripsi. Jadi intinya sebagai penulis kita
harus paham skripsi yang dibuat.
10.
Itu sedikit tipsnya menghadapi beliau,
mungkin teman-teman punya tips lainnya silahkan di share saja.
RN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar