Translate

Senin, 01 April 2013

Jadikan Anak-Anak sebagai Media Bercermin Bagi Orang Dewasa

June, 1st 2012
00.30 PM

Anak-anak bermain dengan sangat gembira, menikmati kehidupan yang mereka jalani. Bermain, berteriak, menangis, tertawa, tersenyum semua dilakukan dengan hati. Berkelahipun mereka lakukan dengan hati. Hati yang digunakan oleh anak-anak untuk menikmati kehidupan itulah yang mengantarkan mereka ke kehidupan selanjutnya.

Hati juga yang menuntun mereka untuk meminta maaf dengan ketulusan tanpa ada dendam. Siapakah yang mengajarkan anak-anak seperti itu? Bukankah orang tuanya, orang dewasa yang peduli sama mereka? Tetapi, kenapa orang dewasa tidak menjalani kehidupan yang seperti itu? Tidakkah mereka ingin menjadi malaikat seperti anak kecil? Yang selalu melakukan sesuatu dari hati yang tulus?

Seandainya kita orang dewasa mau meluangkan waktunya satu atau dua jam perhari untuk bergaul dengan anak kecil? Apakah yang akan mereka dapatkan? Pasti sebuah ketulusan, karena orang jahat maupun baik tidak akan tega berbuat jahat melihat senyum tulus dari seorang anak kecil. Kehidupan akan menjadi lebih damai saat bersama anak kecil bagi jiwa-jiwa yang menginginkan kedamaian.

Tetapi apa yang terjadi saat ini anak-anak kecil seringkali ditelantarkan oleh orang dewasa (orang tua). Anak-anak kecil ini tumbuh dengan orang lain (nenek, pembantu, babysitter) yang mengajarkan mereka nilai-nilai ketulusan. Orang tua hanya sibuk mencari kenikmatan dunia sehingga meraka (anak kecil) ditelantarkan. Orang dewasa dengan alasan abadi selalu bilang demi si buah hati. Yang diinginkan anak kecil bukanlah materi yang berlimpah tetapi kasih sayang dari orang dewasa. Bimbingan dari orang dewasa yang membuat meraka mampu menghadapi kerasnya kehidupan yang akan mereka temui. Orang dewasa dengan keegoisannya tetap tidak mendengar jerit hati anak kecil, mereka hanya terlena dengan kesibukan dunia yang tidak akan ada habisnya.

Lain dengan anak kecil saat orang dewasa menelantarkan mereka. Mereka dengan ketulusan hatinya tetap menerima kehidupan yang telah ditakdirkan. Mereka tetap mencintai orang dewasa dengan ketulusan hatinya. Mereka tetap menjadi kepompong yang bertahap-tahap menyesuaikan diri dengan kehidupan yang terus berubah. Saat anak-anak kecil ini telah menjadi kupu-kupu disanalah mereka melihat kehidupan dunia yang keras. Saat-saat seperti inilah orang dewasa akan sadar kalau anak kecil mereka telah melewati kehidupan tanpa meraka. Orang-orang dewasa yang gantian berusaha menyelami kehidupan kupu-kupu tersebut saat menjadi dewasa. Saat semuanya terlewati anak kecil yang tadinya kepompong telah berubah menjadi kupu-kupu dengan sedikit peran yang dilakukan oleh orang dewasa dalam bentuk karakternya.

Begitulah kehidupan yang kita jalani, semuanya tergantung dengan masa kecil yang kita lewati. Bagaimana peran orang tua serta orang-orang dewasa lainnya mendidik kita. Kita sekarang adalah cerminan dari didikan orang tua kita. Jadi kepada orang tua, orang-orang dewasa, saya, kamu, atau kita akan tiba saatnya bagi kita untuk menggenggam langkah malaikat kecil kita untuk meniti kehidupan di dunia. Limpahkanlah untuk calon malaikat kecil kita bentuk kasih sayang dengan sistem pengajaran dari hati bukan dengan materi. Materi dapat dicari, tetapi ketulusan hati bukanlah sesuatu yang dapat dicari dengan instan. Butuh waktu yang sangat lama dan pondasi yang kuat untuk menciptakan sebuah ketulusan. Karena, malaikat-malaikat kecil kita itu nanti yang akan mengharumkan nama kita, yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini.

Jangan sampai malaikat-malaikat kecil tersebut pondasinya bobrok, kita (orang dewasa) harus mempunyai waktu luang untuk mendampingi mereka. Jangan hanya mencari kehidupan dunia. Karena kebahagiaan hakiki bukanlah berasal dari materi tetapi dari hati yang penuh cinta, kasih sayang, dan ketulusan. Ayo semangat jiwa-jiwa yang damai untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik melalui malaikat-malaikat kecil tersebut! Jangan pernah malu untuk belajar dari anak kecil.

                                                                                                                                                           RN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar